16 - Kapan ayah ngerti Langit?

609 65 11
                                    

Jangan pernah berharap sama Manusia.

Langit duduk untuk beristirahat sejenak. Ia lelah setelah mencuci piring dan membersihkan lantai. Ia menghapus keringat yang jatuh di dahinya. Disaat itu juga muncul sebuah pesan dari ayahnya. Langit tebak pasti sang ayah akan mengomelinya.

Ayah.

- Langit bisa gak sih jadi anak nurut sama ayah, kamu punya otak gak sih?

- Udah bisa apa buat balas budi ayah? Belum bisa kan?

- Udah malam bukannya pulang malah kelayapan kamu pikir keren jadi anak

Langit tertawa kecil membaca pesan itu. Satu kata lucu main. Padahal ia sedang bekerja. Sampai kapan ayahnya akan menganggap ia anak tidak berguna, anak gak berbakti atau anak yang gak punya akal. Kapan ayah ngerti Langit?

Andai ayah andil sama anak-anak ayah. Langit juga gak akan kerja seperti ini. Bahkan ayah memberikan ponsel kepadanya saja itu bekas lungsuran dari Senja.

'Maaf kalau aku gak pernah bisa jadi anak yang menuhin ekspetasi ayah.'

Langit.

- Maaf ayah ini Langit pulang

Ayah.

- Kamu baru keluar dari rumah sakit udah kelayapan sampai malam

Langit.

- Kenapa biasanya ayah gak peduli?

Ayah.

- Kamu pikir kemarin kamu masuk rumah sakit gak pakai biaya. Habis uang ayah sama kamu.

Langit kira ayahnya mulai peduli karena ia tak pulang. Nyatanya semua itu karena uang. Ada ya orang tua yang perhitungan? Memang berharap sama manusia itu sakit.

"Langit," panggil Pak Rian bosnya.

Langit langsung berdiri dengan sigap menghampiri bosnya.

"Kamu pulang aja istirahat besok sekolah, kan?" Langit menganggukan kepala.

"Ini uang buat kamu, gaji kamu hari ini." Langit dibayar perhari selama bekerja di sini.

"Jangan lupa jaga kesehatan, ya. Ini makanan bisa kamu bawa pulang." Langit terharu dengan kebaikan Pak Rian. Dia tidak pernah jahat padanya. Justru selalu baik. Bahkan mau menerima ia yang serba kurang ini bekerja. Padahal ia tidak bisa berbicara.

Kemudian Langit menulis kata terima kasih di note dan menunjukkan pada bosnya itu.

"Kamu pintar sekali jadi anak." Rian mengatakan itu sambil mengelus puncak kepala Langit. Hal itu membuat Langit terharu. Andai ayahnya seperti bosnya itu.

***

Langit mununggu kereta. Ia naik KRL. Ketika ia pulang, ia ketinggalan kereta sebelumnya. Ini sudah pukul sepuluh malam. Pasti ayahnya akan mengomeli dirinya karena ia belum sampai. Andai ayah tau betapa sulitnya ia mau ke mana-mana karena tak punya kendaraan.

Ayah.

-Udah jam 10 malam, tapi belum sampai rumah? Kurang puas mainnya.

- Kamu sengaja bikin malu ayah biar tetangga pada ngomongin ayah kalau ayah punya anak yg gak bener suka pulang malam

- Kamu memang aib keluarga.

Langit juga anak ayah | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang