Pukulin ayah lebih sakit dari pada pukulan orang-orang yang bully gue.
Langit terdiam melihat postingan di status whatsapp sang ayah. Ayahnya memosting foto bertiga, ayah, senja dan laut, tanpa ada dirinya. Sakit sekali rasanya melihat itu. Apalagi caption yang ditulis sang ayah.
Me and my sons.
Lalu dia? Ia tak ada di gambar itu. Berarti ia bukan anaknya. Tanpa sadar Langit menangis.
"Sakit banget baca postingan ayah, upload foto tanpa gue, padahal gue juga anaknya. Foto keluarga sederhana tapi keluarga gue nggak pernah bisa." langit menulis itu di buku hariannya. Ia tak memiliki teman bercerita. Ia hanya bisa menulis di buku diary tentang apapun yang ia rasakan. Begitulah nasib orang yang tak memiliki teman.
Langit iri sekali dengan Senja dan Laut mereka diistimewakan oleh ayahnya. Diajak makan malam direstoran mewah. Sedangkan ia ditinggal di rumah. Lalu ayahnya memosting foto bertiga tanpa ada dirinya.
"Ma, liat ayah jahat sekali." Langit mengatakan itu dalam hati. ia ingin mamanya tahu apa yang telah ayahnya lakukan padanya.
"Langit juga anak ayah, kan, Ma?"
****
Di kantin Michelle makan bersama anak-anak Beauty Angel. Mereka adalah salah satu genk wanita terkenal dan famous di sekolah. Michelle dari awal diajak gabung, namun Michelle jarang sekali ikut kumpul bersama.
"Dari sekian banyak cowok yang ngajakin lo kelompokan. Bisa-bisanya lo malah milih si bisu itu." Hana mengatakan itu dengan sebal pada Michelle.
"Bener, kayak nggak ada pilihan lain aja." Vina setuju dengan Hana. Ia agak geram dengn apa yang dilakukan oleh Michelle. Terlalu munafik jadi cewek. Mau cari perhatian apa bagaimana?
"Gak apa-apa, memang lagi pengen kelompokan sama langit, dia pinter main gitar." Michelle membela Langit. Ia tidak terima ketika mendengar Langit dibilang bisu.
"Tapi dia bisu, emang bisa lo kelompokan sama dia. Gak akan kelar diskusi sama dia dan juga gak ada manfaatnya sumpah. Mending lo ganti kelompok sebelum terlambat." Rasi kembali mengingatkan Michelle.
"Gue gak ikutan." Seperti biasa Letta berada di pihak netral. Ia tidak mau ikut membenci siapapun.
"Sadar Michelle. Langit itu gak baik buat lo, udah bisu arogan lagi. Dia juga sok bisa ngelakuin apapun sendirian." Michelle marah, ia tahu alasan Langit seperti itu, karena Langit muak dipandang rendah dan tak bisa apa-apa selain itu juga Langit berusaha untuk tidak jadi beban orang lain. Lagipula Langit arogan juga karena tidak ada satupun orang yang mau berteman dengannya.
"Gue deket sama langit karena gue tulus. Mau itu dia bermanfaat buat gue atau gak. Gue gak peduli."
Setelah mengatakan itu Michelle pergi dari tempat itu. Padahal makanannya belum ia makan. Ia sudah tidak nafsu untuk makan. Ia tidak suka dengan mereka yang menjelekan Langit. Padahal Langit tidak pernah mengganggu mereka.
Percuma mereka cantik dan populer kalau hatinya tidak baik. Untuk apa mereka mengatakan hal keji itu. Wajahnya saja yang cantik tapi hatinya tidak. Ia tidak butuh teman yang seperti itu.
"Sombong banget, padahal anak baru."
"Sok iye omongannya."
Bahkan disaat Michelle pergi mereka malah asyik membicarakan kejelekan Michelle. Letta yang masih duduk di situ hanya bisa diam. Ia sibuk makan mie ayamnya yang belum habis. Ia akan menyusul Michelle nanti setelah makanan ini habis. Ia tahu perasaan Michelle. Pasti sakit sekali mendengar itu. Terlebih Michelle menyukai Langit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Teen Fiction"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...