14 - Langit sakit, Ma.

726 80 20
                                    

Obat dari rasa sakit itu adalah pelukan hangat

Senja merasa sedih ketika mendengar apa yang diucapkan oleh sang ayah. Ia merasa ayahnya tega sekali. Padahal Langit sakit tapi ayahnya itu malah melarang untuk menjaga adiknya itu. Ia merasa tidak berguna menjadi seorang kakak. Selama ini Langit hanya punya dirinya sendiri.

"Jadi selama ini yang Langit rasain. Pantas dia bilang dia gak punya rumah." Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk tinggal malah membuat Langit sakit.

"Bener, kak. Gue juga kasian sama Kak Langit. Ayah terlalu kejam tapi gue juga gak bisa lawan ayah." Laut membalas dengan murung. Ia tak mengira kalau ayahnya tega sekali membiarkan Langit sendirian di rumah sakit.

"Gue padahal kakaknya, tapi gue gak bisa ngelindungin dia. Gue juga sama kayak lo cuma bisa diam aja liat dia dipukul ayah dan dicaci maki ayah."

"Gue pengen banget jaga kak Langit. Pasti dia kesepian di sana." Laut bingung bagaimana cara bisa merawat sang kakak yang terbaring di rumah sakit.

"Mau gimana lagi Laut, emang kamu mau juga dipukul ayah. Kita cari aman aja."

****

Langit terdiam menatap langit-langit di rumah sakit. Sudah tiga hari sejak ia sadar. Ia hanya sendirian di rumah sakit. Tidak ada satupun keluarganya yang menjenguk. Bahkan dirinya sering melihat tatapan menyedihkan atau kasihan dari perawat. Karena tak ada satupun orang yang mau menjenguk atau menjaganya.

Kenapa Tuhan gak biarin dirinya mati saja? Langit sudah tidak kuat menjalani hidup ini. Disaat Langit sakit dan butuh dukungan keluarga justru ayahnya sendii ang melarang keluarga untuk datang menjaga gue. Ayah macam apa itu? Apa benar dia adalah ayah kandungnya?

Mereka bener-bener tega membiarkan dirinya di rumah sakit sendirian.

"Langit capek, Ma." Langit bergumam dalam hati.

Jangankan keluarga teman-teman sekolahnya juga tak ada satupun yang datang. Ia jadi merindukan Michelle. Ke mana perginy gadis itu? Biasanya Michelle selalu ada disaat ia sakit. Apa ayah tidak memberitahu pihak sekolah? Atau lebih buruknya lagi ayahnya juga melarang pihak sekolah untuk datang. Lagi pula apa yang mau kamu harapkan Langit. Tidak akan ada yang peduli sama rasa sakit kamu. Teman-temannya pasti akan senang khsuusnya Rafael pasti dia sedang mentertawakannya.

***

Michelle sedih karena lebih dari sepuluh hari Langit belum masuk. Bahkan pesannya tidak ada satupun yang dibaca. Hari inipun Langit belum ada tanda-tanda masuk. Padahal ia ingin memberikan Langit buku diarynya yang ketinggalan.

Michelle.

Rabu.

Langit kamu ke mana?

Kamis.

Hari ini kamu gak masuk lagi?

Jumat.

Kamu ke mana langit?

Sabtu.

Kamu baik-baik aja, kan.

Minggu.

Udah 10 hari kamu gak masuk,

Senin

aku khawatir, katanya kamu sakit.

Tak ada satupun pesan Langit yang dibalas. Bahkan pesannya itu masih centang satu. Ia sangat penasaran bagaimana kabar Langit. Michelle bingung Langit sakit apa? Kenapa juga keluarganya ngerahasiain penyakit Langit dan rumah sakit di mana Langit di rawat. Padaha ia masih di kelas, tapi pikirannya malah ke mana-mana. Untung jam kosong, guru pelajaran mereka sedang tidak mengajar karena ada rapat sekolah.

Langit juga anak ayah | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang