Langit tiba di depan kelas. Disaat itu juga ia berpapasan dengan Rafael. Terlihat Rafael menatapnya penuh amarah. Tidak di rumah atau di sekolah semua orang memandangnya dengan tatapan kebencian.
"Udah masuk? Katanya sakit? Gue kirain lo udah mati!!" Kemudan Rafael tertawa sambil mengenjek Langit.
Langit diam, ia hendak masuk kelas. Namun kerah kemejanya ditarik. Tangan Rafael hendak menonjok Langit, dengan sigap Langit menepis itu lalu ia mendorong Rafael hingga cowok itu jatuh.
Anak-anak yang melihat itu terkejut. Baru kali ini mereka melihat Langit melawan. Rafael tidak mau kalah, ia bangkit hendak membalas. Namun Michelle datang menghentikan kedua orang itu. Rafael memilih mundur karena tak ingin Michelle terluka. Meski dalam hati ia dongkol sekali kepada Langit karena dibela gadis yang ia sukai.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Michelle menggunakan bahasa isyarat pada Langit.
"Gak usah ikut campur." Langis balas dengan menggerakan jemarinya.
"Aku khawatir katanya kamu sakit. Kamu udah sembuh?" tanya Michelle.
"Mana buku gue." Langit enggak membahas perihal ia dirawat di rumah sakit kemarin. Baginya itu adalah peristiwa yang sangat mengerikan.
"Ah, bentar aku ambil di tas."
Lalu Michelle pergi ke kursinya. Mengeluarkan buku tersebut dalam tas dan memberikan buku itu pada Langit.
"Gak kamu baca?" tanya Langit dengan bahasa isyarat.
Anak-anak menatap interaksi keduanya dengan aneh. Baru kali ini mereka melihat orang menggunakan bahasa isyarat. Mereka juga tak menyangka kalau Michelle bisa paham. Bahasa yang menurut mereka itu seperti bahasa alien.
Michelle tersenyum minta maaf. Ia begitu penasaran hingga membacanya.
"Apapun yang lo tahu tentang keluarga gue. Gue mohon jangan sampai anak sekelas tau. Gue gak mau nama keluarga gue jadi jelek."
Langit yang menyadari jawaban Michelle itu pergi, ia tak ingin berbicara lagi. Ia merasa salah telah teledor hingga Michelle tahu semua tentang dirinya.
Sedangkan Michelle terdiam. Ia merasa hati Langit sangatlah baik. Padahal keluarganya gak peduli sama Langit. Tapi Langit masih punya hati untuk mikirin nama baik keluarganya.
***
Istirahat Michelle memutuskan untuk mengikuti Langit. Cowok itu pergi ke perpustakaan. Ia berjalan di belakang pria itu sedari tadi. Dan sekarang mereka duduk salling berhadapan di meja perpustakaan.
"Kamu ngikutin aku?" tanya Langit menggunakan bahasa isyarat.
"Kenapa? Gak boleh?" balas Michelle. Di perpustakaan tidak boleh berisik. Jadi mereka bisa menggunakan bahasa itu tanpa harus ditegur petugas perpustakaan.
"Terserah kamu, capek ngasih tau kamu."
Michelle yang awalnya duduk di hadapan Langit pindah jadi di sebelah Langit. Hal itu membuat Langit terkejut sampai melotot. Ia tak menyangka ada cewek seagresif gadis ini.
"Ngapain pindah?"
"Biar deket kamu."
"Terserah."
Langit tidak mau mengurusi Michelle. Ia lebih memilih fokus untuk membaca buku. Ia membaca novel yang baru datang. Sedangkan Michelle entahlah apa yang gadis itu lakukan. Ketika ia asyik membaca, ia merasa keheningan, Michelle yang biasanya berisik jadi diam. Langit menoleh ternyata gadis itu tertidur di atas buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Teen Fiction"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...