Keindahan adalah ketika dicintai oleh orang yang mengerti rasa sakit kita.
Michelle baru saja duduk, ia terdiam mendengar teman-teman di kelasnya membicarakannya. Untung Langit belum datang, mereka sedang membicarakan perihal ia yang jadian dengan Langit mereka sangat menyayangkan hal itu.
"Gak expect selera lo yang kayak Langit," ujar Rasi pada Michelle.
"Gak bersyukur banget udah dikasih spek Rafael yang sempurna malah pilih yang bisa." Vina tak mau ikut kalah untuk mengatai Michelle. Mereka merasa Michelle itu bodoh. Dikasih yang sempurna pilih yang gak bisa apa-apa.
"Serius nolak gue cuma bisa pacaran sama si BISU!!" entah dari mana Rafael ikut datang. Cowok itu seakan protes kalau ia tak terima Michelle lebih memilih Langit dari pada dirinya.
"Kalian sok sempurna, Langit gak seburuk itu." Setelah mengatakan itu Michelle memilih untuk keluar dari kelas. Ia pergi ke kantin. Letta yang melihat itu tak tega. Ia ikut keluar mengikuti Michelle. Bagaimanapun ia menganggap Michelle itu sahabatnya.
Mereka tiba di taman sekolah, duduk di kursi kosong dekat sebuah pohon mangga yang rindang, terlihat beberapa buah sudah tumbuh sebentar lagi buah-buah itu akan matang. Michelle menghembuskan napas, ia jengah di dalam kelas banyak sekali orang-orang yang berisik mengomentari hidupnya. Memang itu urusan mereka kalau ia berpacaran dengan Langit.
"Lo serius jadian sama Langit?" tanya Letta.
"Iya, kamu tau sendirikan aku suka sama Langit."
"Semoga kamu bahagia deh, tapi liat respon anak-anak tadi di kelas mereka kayak benci sama lo." Letta memperingati Michelle. Ia prihatin Michelle dibenci anak-anak di kelas.
"Biarin aja, aku gak mau mikirin kata orang lain, yang penting aku bahagia."
"Gue cuuma takut Rafael ngelaluin hal buruk sama lo, soalnya cuma lo doang cewek yang berani nolak dia. Apalagi lo malah milih langit orang yang paling Rafael benci."
"Tenang aja Letaa, Langian Radael juga gak akan bisa macam-macam. Langit jago beladiri."
"Gue juga bisa nginget aja. Kadang orang yang ditolak cintanya bisa ngelakuin hal yang nekat." Letta khawatir kalau Rafael akan melakukan sesuatu yang buruk pada Michelle.
"Makasih ya udah mau ngertiin aku dan ngehakimin aku kayak anak-anak di kelas." Michelle kemudian memeluk Letta. Ia merasa beruntung memiliki sahabat yang mau mengerti dirinya dan tidak menghakiminya jika berpacaran dengan Langit adalah hal yang salah.
****
Hari ini Langit sudah mulai bekerja. Kakinya sudah tidak terlalu sakit. Peluh keringat membasahi tubuhnya. Ia baru selesai mencuci piring. Bekerja di restoran itu berat. Ia harus membersihkan piring yang begitu banyak, terlebih banyak sekali yang beli..
Ketika jam kerjanya selesai, ia bersiap untuk pulang. Langit duduk di kursi halte menunggu bus datang. Ia mendengar musik berjudul Die with a smile. Sejak dekat dengan Michelle ia jadi suka mendengar lagu percintaan. Apakah bisa ia memimpikan jika suatu saat nanti ia meninggal, ia bisa hidup bahagia dengan orang yang ia cinta.
Disaat itu juga sebuah pesan masuk. Ayahnya mengiriiminya pesan. Mau tak mau Langit membacanya. Tangan Langit bergetar membaca pesan tersebut, rasanya seperti ada sebuah pisau yang menanca di hatinya membaca kalimat yang di tulis ayahnya. Membuatnya sesak dan sulit bernapas.
Ayah.
Kamu jadi kakak gak ada pedulinya sama adik.
Langit terdiam membaca itu. Lagi-lagi ayahnya mengatakan hal yang tidak-tidak. Tidak peduli dari sudut pandang mana. Ia sangat peduli dan menyayangi Laut. Ia bahkan membelikan kado ulang tahun untuk adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Teen Fiction"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...