Kamu seindah Langit Senja, apakah aku boleh memilikimu?
***
Langit dan Michelle berada di pantai. Mereka duduk berdua sambil menatap ke arah pantai. Terdengar suara ombak yang bergemuruh.
"Kamu suka pantai?" tanya Michelle.
Langit hanya mengangguk. Ia masih menikmati keindahan pantai yang mampu membuatnnya tenang. Ia selalu nyaman berada di tempat ini.
"Kalau kamu suka pantai kenapa kamu waktu itu bunuh diri di sini?" Michelle bingung kenapa Langit pernah mencoba bunuh diri di tempat ini. Anehnya setelah bunuh diri di sini, Langit masih berani mengunjunginya tanpa ada terbayang-bayang masa lalu yang pernah bunuh diri di sini.
Langit kemudian mengeluarkan sebuah buku dan menulis. Ia menunjukkan buku tersebut pada Michelle.
"Mama suka pantai, langit pikir kalau langit mati di sini nanti bisa sama Mama." Membaca itu membuat Michelle menahan diri untuk tidak menangis.
"Jangan bunuh diri lagi, okey?" Michelle melarang Langit untuk melakukan hal itu lagi. Ia tidak mau terjadi apa-apa pada Langit.
"Mending kita nikah. Trus hidup berdua bahagia selama-lamanya." Michelle rasa tujuan hidupnya sekarang hanya untuk Langit.
Langit menggelengkan kepala mendengar itu. Lalu ia menulis lagi. "Menikah nggak semudah dan seindah itu Michelle."
Langit rasa Michelle sangatlah polos. Gadis itu belum tau arti kehidupan. Gadis itu belum pernah merasakan rasa sakit yang ia rasakan. Jadi bisa mengatakan hal-hal naif seperti itu dengan mudah. Jujur Langit saja sudah tidak kuat untuk hidup seperti ini.
"Lagipula memang lo yakin kalau nikah sama gue bahagia? Gue cuma cowok cacaat. Keluarga lo belum tentu ijinin hubungan kita, dan gue juga nggak suka sama lo."
"Lo itu memang unik Michelle." Langit kembali menulis.
"Gak apa-apa yang penting aku usaha dulu." Michelle tersenyum membalasnya.
"Kamu pernah foto di pantai?"
"Pernah."
"Aku belum pernah."
"Bohong?"
"Beneran aku belum pernah foto berdua sama kamu di pantai." Perkataaan Michelle itu membuat Langit salah tingkah tanpa sadar. Gadis itu memang suka sekali membuatnya salah tingkah. Bagaimana Langit tidak bisa untuk tidak jatuh cinta pada gadis itu. Michelle selalu mampu membuat harinya yang muram jadi berwarna.
"Langit tolong fotoin aku, pake HP kamu ya. Soalnya batre HP aku habis." Tanpa persetujuan Langit. Michelle langsung berlari ke arah pantai. Ia berpose di pinggir pantai, terdapat matahari yang mulai tenggelam dan langit berwarna jingga. Hal itu membuat Michelle sangat cantik di matanya.
Melihat itu Langit hanya tersenyum kecil. Ada-ada saja tingkah gadis itu. Mau tidak mau ia menurutinya. Ketika ia mengambil potret Michelle di pantai yang dihiasi langit senja yang indah membuat Langit terpesona dengan kecantikan gadis itu. Ditambah lagi rambut gadis itu yang terbawa angin.
"Cantik." Langit mengatakan itu dalam hati.
Michelle itu indah mana bisa aku memilikinya.
****
Setelah dari pantai Langit pulang ke rumah. Sepi tidak ada orang sama sekali. Langit rasa keluarganya pergi tanpa dirinya dan tak mengajaknya lagi. Untung saja Langit sudah terbiasa untuk hal ini. Langit tak mau ambil pusing. Ia memutuskan untuk istirahat di kamar. Dari pada ia harus sedih. Ia rasa sampai kapanpun meski ia nangis darahpun dia tidak akan pernah dianggap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Ficção Adolescente"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...