Dunia tak selalu berisi rasa sakit, cukup genggam tanganku, kan kubawa untuk bahagia
****
Michelle baru saja tiba di halte, setelah menaiki bis. Ia berdiri di pinggir halte hendak menyebrang. Namun tiba-tiba hujan turun. Michelle mengurungkan niatnya karena ia takut basah. Ia menunggu sepuluh menit tapi hujan tak kunjung reda. Mau tak mau Michelle menembusnya, disaat itu juga ia merasakan kepalanya tak terkena hujan lagi. Langit datang memayungi dirinya menggunakan payung berwarna putih bening seperti kaca.
"Makasih Langit."
Hati Michelle berbunga-bunga ketika dipayungi oleh Langit. Mereka berjalan menyusuri jalan hingga tiba di kelas. Tak jauh di sana Rafael menatap kedua orang itu benci. Bukan hanya itu ia diejek karena kalah dari Langit si bisu itu. Rafael sangat kesal dan tak terima dengan hal itu. Terlebih kemarin ia dihajar habis-habisan oleh Langit.
"Makasih Langit untuk ada kamu, kalau gak aku pasti kehujanan. Kamu perhatian bangett sama aku." Michelle mengatakan itu dengan antusias, ketika mereka sudah sampai di dalam kelas. Michelle tanpa malu-malu duduk di sebelah Langit. Tidak mempedulikan beberapa anak-anak yang membicarakan mereka.
Langit kemudian menulis di kertas. "Jangan kepedean, gue gabut aja nolongin lo tadi."
"Mana ada orang nolongin gabut?" ujar Michelle sambil cemberut.
"Ada itu gue."
"Tinggal bilang aja kamu gak tega liat aku kehujanan pake acara gabut."
"Bacot! Sekali lagi brisik kita musuhan!!!"
Michelle bukannya takut justru tertawa. Ia menggelengkan kepala dengan tingkah Langit. Cowok itu kalau emosi sangatlah lucu. Ia tahu sebenarnya kalau Langit itu peduli dengannya hanya saja cowok itu jaim dan pura-pura tidak peduli karena tidak mau diirnya kepedean.
Langit menghembuskan napas. Ia merasa ini tidak benar. Kenapa tadi ia malah nolongin Michelle. Karena hal itu Michelle jadi kegeeran. Semoga aja Michelle gak tau kalau Langit sebenarnya suka sama Michelle. Ini biar jadi rahasianya saja.
Mana tadi banyak yang melihat ke arah mereka lagi. Pasti ada yang mengira alau ia dan Michelle ada hubungan spesial. Langit jadi kasian sama Michelle. Ia takut nanti Michelle banyak musuhnya karena berteman dengannya. Ia tidak mau Michelle terluka hanya karena dirinya.
***
Ketika Langit baru keluar dari kamar mandi, tiba-tiba Rafael menghalangi jalannya. Rafael dan kedua temannya Riki dan Rendy membawanya ke dalam kamar mandi. Lalu ia di dorong ke dinding.
"Gau usah sok kegantengan lo, mentang-mentang dideketin Michelle. Belagu!!" Rafael mengatakan itu sambil mencengkram kemeja Langit.
"Sok keren!" Riki ikut berbicara.
"Gak sadar diri anjir merasa kecapekan nih orang, najis gue mah." Rendy tak mau kalah ikut membully Langit.
"Denger tuh apa yang temen-temen gue bilang. Kemarin lo hoki aja bisa ngalahin gue. Gue gak terima gue kalah dari lo cacat!!"
"Kok diem aja??!!"
"Bales dong,"
"Oh, iya lo kan bisu...."
"Hahahahahah...."
Langit mendengar itu murka. Ia muak dengan Rafael. Cowok itu tak pernah berhenti mengusiknya padahal ia tak punya masalah dengan Rafael. Cowok itu suka memukulnya, membullynya, bahkan kemarin membuat kakinya patah. Namun Langit tidak pernah takut meski Rafael berusaha untuk mencelakakannya. Ia akan melawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Teen Fiction"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...