Semoga suka ya...
siapin tisu untuk part ini
karena ini akan jadi part paling sedih yang kalian baca...
****
Hari ini adalah hari yang Langit tunggu. Michelle tak ikut menonton ke bali namun ia hanya bisa mendukung melalui doa. Ia penasaran apakan Langit bisa menang atau tidak. Ia berharap kalau kekasihnya itu diberikan kemudahan. Agar ayah Langit bsa melihat anaknya itu berbakat dan tak layak diremehkan.
Ini masih jam pelajaran. Namun tidak ada guru yang mengajar. Bisa dibilang lagi jam kosong. Anak-anak tahu Langit lomba, mereka biasa saja, tidak ada satupun yang mendoakan Langit. Justru ada yang mengejek Langit tidak akan menang. Hanya saja Michelle hanya diam mendengar itu. Ia tidak mau ambil emosi hanya bisa bikin marah saja. Ia tidak mau membuang energinya untuk orang seperti itu.
Michelle kemudian megirimi Langit pesan. Ia ingin tahu apa saja yang Langit lakukan di sana. Jujur ia juga rindu kekasihnya itu padahal baru beberapa hari mereka tidak bertemu. Namun rasanya rindu sekali. Ingin rasanya Michelle menyusul Langit ke sana. Tapi rasanya tak mungkin.
Michelle.
- Udah mulai pertandingannya.
Langit.
-Sebentar lagi, baru siap-siap bentar
Michelle.
- Semangat sayang, aku doain yang terbaik buat kamu hari ini, semoga kamu bisa bawa mendali emas.
Langit.
-Aku off dulu nanti aku hubungin lagi, makasih ya sayang.
Michelle kemudian menaruh ponselnya. Ia kembali fokus belajar. Ia berharap Langit berhasil di sana. Ia akan senang.
****
Langit tak pernah merasakan sebahagia ini ketika ia berhasil memenangkan mendali emas. Ia sampai sujud syukur, dari semua hal menyedihkan yang ia rasakan baru kali ini ia merasakan bahagia teramat dalam. Ia berhasil membuktikan bahwa dirinya berharga. Ini akan menjadi kado untuk mamanya. Dulu mamanya berharap ia bisa menjadi anak yang berbakat, meski sang mama tak bisa melihatnya sekarang, ia yakin di surga sana Mamanya bangga dengan dirinya dan tentu saja kekasihnya Michelle pasti senang ketika tahu hal ini.
Tak perlu waktu lama, orang pertama yang dihubungi Langit adalah Michelle. Karena hanya Michelle, satu-satunya orang yang peduli padanya. Bahkan disaat keluarganya tak ada satupun yang memberikan doa atau dukungan. Betapa beruntungnya dirinya memiliki seorang Michelle.
Sekarang ia sudah berada di hotel untuk beristirahat. Ia bersyukur karena di fasilitasi dengan baik selama perlombaan. Ia kira ia akan dideskriminasi karena ia cacat. Ternyata benar kata Michelle tidak semua hal itu buruk. Pasti ada kebaikan di dalamnya. Ia jadi tidak takut lagi untuk menghadapi dunia yang kejam ini.
Langit.
- Aku menang Michelle, aku berhasil mendapatkan mendali emas
Michelle.
- Aaaa ikut seneng liatnyaaa
- Congrats akhirnya kamu menang
- Aku deg-degan dari tadi nunggu kabar dari kamu, ternyata sesuai dengan apa yang kamu inginkan.
Langit tersenyum membaca pesan yang dikirim Michelle. Ia tak menyangka kalau Michelle akan antusias dengan kemenangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit juga anak ayah | Tamat
Novela Juvenil"Gue gak pernah minta dilahirin, di dunia." -Langit. "Anak ayah bukan hanya Laut dan senja saja, tapi yang ayah sayang hanya mereka, langit juga nggak pernah minta untuk terlahir cacat." Langit seorang anak disabilitas yang tidak bisa berbicara, mem...