Pemakaman baru saja usai di laksanakan. Beberapa para pelayat sudah meninggalkan pemakaman Surya Galih pratmono. Seorang pengusaha sukses yang berkarir sepanjang usia nya menyentuh angka tujuh lima.
Awan berubah gelap kelabu pertanda hujan akan turun. Beberapa orang berpakaian hitam itu masih tampak sedih meratapi kepergian almarhum.
"Ayu, ayo kita pulang, Nak!" suara perempuan terdengar. Ia menyentuh bahu sang putri.
Perempuan yang di panggil Ayu pun hanya diam menatap gundukan merah di hadapan nya.
Tidak ada yang bisa menangkap ekspresi wajah nya yang di bingkai kaca mata hitam tersebut.
"Sebentar lagi hujan bakal turun!" Lia mengusap bahu anak nya. Suara nya sudah parau karena tidak berhenti menangisi kepergian mertua nya. Ia pun berusaha untuk tetap tegar.
"Kita pulang Ma!" Lia menatap suami nya Abram.
"Ayo Papa sudah memanggil."
Dengan langkah gontai Ayu berbalik hendak meninggalkan area pemakaman.
Tiba-tiba tubuh Ayu hampir tersungkur kalau tidak ada yang menahan tubuh nya.
"Hati-hati!" bisik suara nge bas di samping nya. Ayu bahkan tidak berani menoleh atau pun menjawab. Ia hanya diam. Namun segera melepaskan tangan nya.
"Tolong di bimbing Ayu nya ya Raka."
Raka mengangguk. Namun ia kembali terdiam saat suara Ayu terdengar pelan.
"Tidak perlu. Aku bisa sendiri."
Mereka semua menaiki mobil dan meninggalkan area pemakaman. Di perjalanan pulang turun hujan deras.
Ayu menatap rintik hujan yang membasahi kaca mobil nya. Ia mendekap tubuh nya sendiri. Kaca mata hitam yang di pakai nya sudah lepas memperlihatkan mata nya yang bengkak karena menangis.
Mereka akhirnya sampai di kediaman keluarga Pratmono yang berdiri tegak dan gagah serta kokoh tak goyah di terjang badai sekali pun.
Lia dan Abram sudah turun duluan. Ayu menutup pintu mobil dan masuk ke dalam rumah tanpa menoleh dan bicara kepada laki-laki yang menatap nya dengan tarikan nafas pelan.
Kali kedua ia menginjakkan kaki nya di kediaman megah ini. Terhitung sudah lima jam status nya berubah dari lajang menjadi suami perempuan yang di kenal nya sebatas nama.
Raka pun kembali menarik nafas pelan lalu menyusul masuk ke dalam rumah.
Raka bingung ketika berada dalam ruangan besar. Tidak ada perempuan yang sudah menjadi istri nya.
"Raka langsung ke kamar aja ya. Istirahat! Ayu udah naik duluan tadi." Lia menghampiri menantu nya.
"Ah iya, Buk."
"Mama. Panggil Mama." ujar Lia lembut. Raka pun mengangguk sungkan dan segan. Bagaimana tidak. Mereka baru lima jam ini bertemu dan berkenalan.
"Langsung ke atas aja."
"Iya, Ma!"
Lia berlalu dari hadapan Raka setelah mengusap lengan Raka sejenak.
Sampai detik ini ia bersyukur keluarga ini menerima dirinya. Walaupun ada beberapa yang menatap sinis ke arah nya. Tapi apa peduli Raka. Ia bahkan tidak mengenal mereka. Dirinya hanya mengenal sosok Surya Galih Pratmono. Mendiang kakek dari istri nya.
Raka menaiki tangga menuju kamar yang bernamakan princess Ayu.
Mungkin itu kamar istri nya. Bisik hati Raka!
Raka pun memberanikan diri mengetuk pintu. Namun tidak ada sahutan. Ia kembali mengetuk masih tidak ada suara dari dalam.
Raka pun akhirnya membuka handle pintu kamar tersebut dan masuk ke dalam. Tidak masalah masuk ke kamar istri sendiri kan.

KAMU SEDANG MEMBACA
JEJAK RASA |
RomansaFollow dulu akun ini sebelum baca yaa!! Dunia Ayu Sekar Wangi jungkir balik! Dalam sekejap mata dirinya sudah berstatus sebagai istri dari laki-laki pilihan sang Kakek sebagai permintaan terakhir beliau sebelum menghembuskan nafas di dunia ini. Ayu...