Setelah melayani beberapa pembeli, Aprizal datang menghampiri Syaqila, lalu membuka obrolan sambil bertanya, "Sayang, tadi ngobrol sama siapa?"
"Aku lagi ngobrol sama anak perempuan, Mas. Namanya Bunga, tadi ada pertanyaan yang bikin ambigu, untung aku bisa meluruskan," balas Syaqila.
"Emang, dia lagi nanya apa? Sampai bikin sayangku ambigu."
"Nanya cara bikin, Adik."
"Heh, gila. Terus sayang jawab apa?"
"Disuntik ke perut."
Aprizal tertawa terbahak-bahak, ia kepikiran disuntik itu dimasukkan ke dalam lobang miliknya Syaqila.
Selama mereka berdua sibuk mengobrol. Syarif pun datang kembali, sebab sudah selesai menunaikan ibadah solat maghrib.
"Assalamu'alaikum. Zal, sudah dapat berapa pembeli?" sapa Syarif.
"Wa'alaikum salam, Rif. Baru dapat enam. Lagi pun itu rezeki kedatangan Syaqila, biasanya tanpa Syaqila paling dapat satu atau dua, selama kamu solat, " balas Aprizal.
"Alhamdulillah. Heh, maksud kamu apa? Tapi, aku bersyukur sih. Terima kasih Qila, sudah datang."
Syaqila pun kaget, apa urusan nya bisa datang ke sini malah dihubungkan dengan rezeki. Padahal Syaqila hanya duduk dan mengobrol dengan anak perempuan berumur empat tahun.
"Iya, Mas Syarif. Sama-sama," balas Syaqila.
Syarif mengangguk tersenyum. Kemudian Aprizal memperhatikan Syarif, lalu membuka obrolan," Jangan sok perhatian segala sama istriku, kalau selingkuh aku pukul!"
"Astaghfirullah, pikiran mu Rizal. Aku mana mungkin mau selingkuh dengan istrimu. Yah, kalau nggak perhatian, terus aku marah gitu."
"Kalau kamu marah pada istriku, ku pukul muka mu! Ini hanya peringatan, Rif. Aku sudah menjaga Syaqila selama empat bulan."
Syarif menggeleng kepala, "Terserah kamu, deh. Bikin pusing aja."
Aprizal diam saja. Usai mengobrol dengan mereka berdua, Syarif lanjut berjualan di lapak sambil menunggu kedatangan pembeli.
Melihat perdebatan Aprizal dengan Syarif. Syaqila pun diam saja, tak lama perut Syaqila malah keroncongan — menarik perhatian Aprizal.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Aprizal.
"Kayaknya dedek di perut lagi ngamuk, Mas. Sebab dedeknya lagi pengen makan sate ayam," balas Syaqila.
"Hahaha ... ada-ada saja kamu sayang. Ya sudah, kita beli sate ayam dulu, kasian dedeknya ngamuk," ajak Aprizal.
"Iya, Mas."
Selepas mengobrol, mereka berdua bergegas menaiki motor, lalu pergi mencari warung jual sate ayam.
Setengah jam berlalu. Kini Aprizal dan Syaqila sudah sampai di tempat tujuan. Mereka berdua pun turun bersamaan dari motor, kemudian singgah membeli sate ayam.
Syaqila pun duduk di kursi. Aprizal berdiri sambil meminta pesanan pada penjual.
"Pak, saya pesan dua sate ayam pakai lontong," pinta Aprizal.
"Baiklah, Pak. Makan di sini atau dibungkus?" tanya penjual.
"Makan di sini, Pak," balas Aprizal.
Penjual pun mengangguk. Usai memesan makanan, Aprizal duduk menghampiri Syaqila sambil menunggu pesanan.
"Mas, besok pagi janji bakalan beli list belanjaan yang kurang siang tadi?" tanya Syaqila.
"Iya, Sayang. Sesudah solat tahajud, mas segera pergi ke pasar pagi, dengan memenuhi list belanja yang kurang," balas Aprizal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romance[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...