Sepanjang perjalanan, Syaqila tak pernah berhenti memandang Aprizal. Kemudian Syaqila membuka obrolan.
"Mas, sebenarnya aku merindukanmu. Aku sangat berharap kita bisa tinggal seatap, dan Allah telah mengabulkan nya," ucap Syaqila.
"Iya sayang, mas juga sangat rindu padamu. Alhamdulillah semuanya sudah terjadi, sekarang kita tinggal meluruskan, agar hubungan kita tetap bersatu," balas Aprizal.
Tiba-tiba Syaqila mengecup bibir Aprizal. Aprizal yang mengendarai mobil sontak kaget, sebab menerima bibir hangat dan kecil mengenai bibirnya.
"Sayang, apa yang kau lakukan?" heran Aprizal.
"Aku sangat rindu, Mas. Hingga itu aku melakukan nya, kecupan bibir mas tak pernah berubah dari dulu, meski wajah mas sudah makin glow up," balas Syaqila.
Aprizal menghela napas, "Yah, kalau rindu kan bisa nunggu sampai. Kalau kamu ngelakuin nanti malah bahaya, untung di depan sana gak ada kendaraan."
"Hum ... maafkan aku, Mas. Sebenarnya aku kedinginan hingga itu, aku mencari kehangatan. Daritadi AC mobil di bawah mengenai tubuhku."
"Ya Allah, kenapa nggak bilang daritadi sayang. Ya sudah, mas mau matikan AC nya dulu."
Usai mematikan AC. Syaqila sudah tidak kedinginan, "Nah, kalau begini aku jadi nyaman lagi. Tapi, kalau berdua dengan Mas Rizal pasti lebih nyaman. "
"Hehe ... bisa aja kau, Sayang."
Setengah jam perjalanan. Syaqila dan Aprizal sudah sampai di rumah penghulu, kebetulan tempat itu adalah rekomendasi dari temannya.
Sebab temannya pernah melakukan hubungan seperti mereka berdua — menikah siri, demi mengejar kekasih nya secara legal.
Kemudian Aprizal dan Syaqila turun dari mobil bersamaan, lalu masuk ke dalam pagar dan berhenti di depan pintu sambil memencet bel.
Penghulu yang sedang asik menonton televisi. Malah mendengarkan suara bel dari luar, lalu ia bergegas pergi keluar.
Ceklek!
"Iya, ada apa?" panggil penghulu.
"Assalamu'alaikum, Pak. Maaf menganggu waktunya, apa benar kalau bapak adalah Komarudin?" tanya Aprizal.
"Wa'alaikum salam. Iya itu saya sendiri, kamu mau cari apa?" tanya balik penghulu.
"Aku mau menikah siri, Pak. Apakah bapak masih jadi penghulu?"
"Oh, boleh. Tapi, kamu sudah tahu syaratnya belum?"
"Iya, Pak. Bayar 500 ribu kan?" tebak Aprizal.
Penghulu menghela napas panjang, "Bukan hanya uang saja. KK, KTP sama foto perlu juga, oh iya sekalian wali minimal dua dari orang tua masing-masing."
"Kami nggak punya KK, Pak. Tapi aku ada KTP sama foto. Wali juga gak ada, soalnya sudah meninggal semua." Aprizal berbohong.
"Aku juga punya KTP sama foto doang, Pak. Orang tua juga meninggal dan aku hidup merantau di sini," tambah Syaqila.
"Aduh, kalian punya saudara?" tanya penghulu.
"Nggak ada, Pak. Kami berdua sama anak tunggal," balas Aprizal.
"Terus keluarga laki-laki ada?"
"Nggak ada, Pak. Kami berdua yatim piatu."
"Haduh, kalau kalian nggak punya apa-apa, maka nikah siri wajib batal."
"Tapi, calon istriku ini lagi hamil, Pak. Ayolah pak, tolong bantu kami."
"Hamil? Wah, parah kamu. Ya sudah, kalau itu adalah permintaan mu, maka kamu tanggung jawab dengan dosa mu. Bapak hanya bisa bantu semaksimal mungkin. Oh iya, selain keluarga apakah kalian punya teman, rekan atau sahabat untuk menjadi wali nikah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Roman d'amour[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...