Seminggu berlalu, Icha dan Jordan berkunjung kembali pergi menuju rumah Syaqila.
Kini Icha ingin menekan tombol bel di depan pintu. Tak lama Icha mendengar suara tangisan dari dalam. Icha pun segera membuka pintu, ternyata pintu tersebut tidak dikunci.
Kemudian Icha dan Jordan masuk, sambil mencari asal suara tangisan tersebut. Ketika tiba di ruang tamu. Icha melihat semua orang berkumpul di kamar tersebut.
"Tante Qila?" panggil Icha.
Kini semua anak-anak dan Aprizal memperhatikan Icha, "Dia siapa?" tanya Adhitya.
"Dia, bibi kita kak. Bibi Icha ponakan nya ibu kita," balas Askar membela.
Adhitya, Affan, Aris, Aziz, Filio dan Fiona diam saja sambil mendengar balasan Askar. Kemudian Icha, segera masuk sambil memegang tangan Syaqila.
"Tante kenapa? Terus mengapa tante nggak beritahu aku soal ini," tanya Icha.
"Maafkan, aku Icha. Ca, tante minta tolong jaga anak-anak tante, lalu temani suami tante," balas Syaqila.
"Maksud tante, Apa? Aku nggak mau tante, dan aku tak mau menemani paman ipar. Aku mau tante selalu ada di sini, aku nggak mau kehilangan lagi seperti ibu."
"Tolong temani anak-anak tante dan suami tante. Tolong, Ca. Kalau aku sudah tiada, takut mereka akan kesepian tanpa seorang ibu, hanya kamu wanita yang ku percaya!"
"Aku nggak mau, Tante. Aku nggak mau, menghancurkan keluarga tante. Aku lebih baik menjanda daripada menikah dengan paman ipar."
"Ibunda, tolong jangan pergi. Jangan tinggalkan kami!" Filio dan Fiona nan tak mau kehilangan Syaqila.
"Filio, Fiona. Maafkan ibu yah."
Ketika anak-anak tak mau kehilangan Syaqila, ditambah banyak membasahi wajah. Kini Icha tiba-tiba ditarik Aprizal, dengan berbicara dua mata dengan Icha.
"Icha, apakah kamu kenal siapa Afandi? Gara-gara Afandi, istri paman jadi begini. Sudah seminggu ia tak makan maupun minum obat. Setiap hari istri paman selalu menangis di dalam kamar!"
"Aku nggak kenal, Paman. Siapa itu Afandi? Ya Allah, maafkan aku paman."
"Kata satpam, kalau Afandi itu adalah suami mu. Hingga itu Satpam mengizinkan Afandi masuk ke dalam rumah, sebab ingin menemui mu."
"Sumpah demi Allah, Paman. Aku nggak punya suami, aku malah diceraikan. Mantan suamiku adalah Rahes. Aku bahkan nggak tau siapa Afandi!"
Kini Aprizal merasa kesal dan ingin memukul Icha. Mendengar perdebatan Aprizal dan Icha, kini Askar langsung menoleh ke belakang.
Ketika Aprizal ingin menampar Icha, tiba-tiba Askar datang menangkis tangan Aprizal.
"Ayah, sudah cukup!" teriak Askar.
"Askar, kenapa kamu mau membela dia. Semenjak kedatangan dia, rumah tangga yang kita bangun selama ini sudah hancur! Lihat ibumu bahkan sudah sakit, stress dak tidak tau bagaimana cara membujuknya!" kesal Aprizal.
"Bibi Icha nggak salah, Ayah! Bibi Icha malah pergi denganku. Bahkan ibu yang menyuruh ku untuk mengantar bibi pulang!"
Aprizal pun diam saja sambil menahan rasa amarahnya. Kemudian Askar membela lagi.
"Sudah, Ayah. Hentikan perdebatan ini. Kalau hal ini terjadi lagi, ibu bakalan makin parah sakitnya. Jangan buat ibu makin menangis atau perbuatan ayah, melakukan kekerasan pada bibi," ucap Askar.
Aprizal pun segera pergi meninggalkan Askar, Icha dan Jordan. Kemudian Icha datang memeluk Askar, "Terima kasih, Nak. Sudah membantu bibi. Maafkan bibi, atas perbuatan bibi hadir di sini, ibu mu malah sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Roman d'amour[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...