Selepas menyantap bubur ayam. Kini Aprizal duduk bersebelahan dengan Syaqila. Tak lama seorang suster masuk ke dalam kamar sambil membawa Adhitya.
"Anakku. Sus, anakku mau apa datang ke sini?" tanya Syaqila.
"Daritadi nangis, Bu. Kayaknya lagi butuh asi, tadi dikasih susu kagak mau," balas suster.
"Tapi kan, aku belum ada asi."
"Dicoba dulu, Bu. Mungkin aja anak ibu, lagi pengen dekat sama ibunya."
"Em, baiklah."
Suster langsung menyerahkan Adhitya pada Syaqila. Kemudian Suster memberi waktu, "Bu, nanti sekitar setengah sembilan, aku ambil lagi anaknya untuk dibawa ke inkubator."
Syaqila mengangguk. Setelah keberangkatan Suster. Kini Syaqila membuka bajunya dan menyusui Adhitya.
Sedangkan Aprizal tak tahan lagi, melihat dua payudara Aprizal. Syaqila memberikan asi pada Adhitya.
"Nak, emang asinya bakalan keluar?" heran Syaqila.
Tak lama, Adhitya mengenyot dan merasakan asi dari Syaqila. Syaqila juga merasakan air yang mengalir dari dadanya.
Usai mengenyot, Adhitya malah mengantuk. Aprizal pun datang untuk meminta jatah.
"Sayang, aku boleh nyoba asi mu?" pinta Aprizal.
"Nggak mau, Mas. Kasian Adhitya." Syaqila menolak.
"Ya Ampun, Sayang. Sedikit aja, masa kamu doang sedot burung mas, sedangkan mas nggak boleh sedot dada mu."
"Nggak mau, Mas. Mas, sudah dewasa. Nanti anak kita, mau minum asi bagaimana. Kalau dihabisi sama ayah nya."
Aprizal pun diam saja. Usai mengobrol dengan Aprizal, Syaqila menempatkan Adhitya di samping kanan nya. Syaqila merangkul Adhitya yang dibedong.
"Mas, mata dan bibirnya mirip sekali kayak mas. Sedangkan hidung dan alis sama sepertiku," ucap Syaqila.
"Iya sayang. Namanya juga anak kita berdua, pasti ada yang sama," balas Aprizal.
Syaqila mengangguk tersenyum. Sepuluh menit berlalu, tak lama adzan isya berkumandang. Kini Aprizal berpamitan dengan Syaqila dengan menunaikan solat isya.
"Sayang, aku mau solat dulu, yah. Nanti kalau kamu butuh sesuatu, telpon aja mas," ucap Aprizal.
"Iya, Mas. Tapi handphone ku habis baterai, mana nggak bawa casan lagi. Ya sudah, mas tak usah khawatir. Aku nggak akan meminta sesuatu pada mas," balas Syaqila.
Aprizal mengangguk. Usai berpamitan dengan Syaqila, Aprizal bergegas ke bawah untuk pergi ke mushola dengan menunaikan solat isya.
Selepas keberangkatan Aprizal. Tiba-tiba Adhitya terbangun dan merengek. Kini Syaqila langsung mengepalkan payudara pada Adhitya.
Ketika di kasih asi. Adhitya malah menolak dan makin merengek. Syaqila malah kewalahan, lalu mencari cara untuk menghentikan rengekan Adhitya.
Sepuluh menit berlalu, Aprizal datang kembali sebab sudah selesai menunaikan solat isya. Kini Adhitya adem ayem ketika kedatangan Aprizal. Syaqila dengan sepuluh cara untuk menghentikan Adhitya, juga mulai tenang.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Aprizal.
"Tadi, Adhitya merengek mas. Selepas kepergian mas. Nah, pas mas datang Adhitya malah diam," balas Syaqila.
"Ya Allah, itu tandanya Adhitya sayang sama ayahnya."
"Belum juga ada satu hari, nih anak nggak mau kepergian ayahnya. Apalagi ibunya yang tak mau kehilangan ayahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romance[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...