Beberapa menit kemudian, kini Aprizal dan Syaqila sudah sampai di lokasi. Kebetulan di lokasi, Syarif baru saja siap mengumpulkan semua bahan makanan.
Tinggal menunggu pelanggan, biar bisa dikerjakan. Selanjutnya mereka berdua datang menghampiri Syarif.
"Rif, kamu baru sampai?" tanya Aprizal.
"Sudah lama aku di sini, kamu ke mana aja sih, Zal. Ditungguin malah nggak datang, dengan terpaksa aku kerja sendiri," balas Syarif mengeluh.
Aprizal menyengir, "Maaf, Rif. Aku dengan biasa melayani keinginan istriku, jadi maklum agak terlambat."
"Mentang-mentang punya istri baru, kamu makin banyak aja alasan nya. Lihat aku sudah setahun menikah, istriku malah cuek aja. Pengen marah, takut dia malah ngambek, dengan terpaksa pergi cepat ke lokasi kerja."
"Yah, kan masih baru jadi wajar dimanjain. Istrimu cuek, mungkin kamu kurang peka, coba pulang kasih makanan atau suprise lainnya. Hahaha ... sabar, jadi suami yang baik harus sabar."
Melihat obrolan Aprizal dan Syarif, kini Syaqila hanya diam saja. Kemudian Syaqila berjalan menuju gerobak roti bakar, sambil memperhatikan roti dan toping nan telah disiapkan oleh Syarif.
"Mas Syarif, ini apa?" tanya Syaqila sambil menuju mangkok berwarna hijau.
"Itu selai srikaya, Qila," balas Syarif.
"Oh begitu. Mas Rizal, aku mau roti bakar rasa srikaya dong," pinta Syaqila pada Aprizal.
"Iya sayang. Rif, tolong buatkan roti bakar rasa srikaya untuk istriku," balas Aprizal, lalu mengalihkan dialog pada Syarif.
"Males, kamu aja yang bikin. Katanya kamu mau manjain istri," tanggap Syarif.
Aprizal menggeleng kepala dan senyum mesem-mesem dengan melihat tingkah Syarif. Aprizal menghela napas, kemudian segera menyiapkan roti bakar untuk Syaqila.
"Nih sayang, roti bakar buatan mas. Mudahan sayang suka, yah," ucap Aprizal sambil menyodorkan roti bakar, mengunakan piring plastik.
"Wah, terima kasih banyak mas. Aku nggak sabar pengen cicipi roti bakar buatan Mas Rizal," balas Syaqila dengan mengambil roti bakar.
Aprizal mengangguk tersenyum, lalu mencium kening Syaqila, "Iya sayang, sama-sama. Selamat menikmati."
Syaqila tersenyum. Melihat mereka berdua bermesraan, membuat Syarif iri. Ia ingin sekali bersama istrinya seperti Aprizal dan Syaqila.
Usai mencium kening Syaqila. Aprizal curi pandang, dengan memperhatikan Syarif yang memandang dirinya dan Syaqila.
"Sayang, nanti mas minta jatah, yah," ucap Aprizal kepada Syaqila, biar Syarif makin iri.
"Heh, iya mas. Santai aja kalau soal itu, akan kuserahkan semua tubuhku untuk dirimu mas," balas Syaqila.
"Anjir, mereka berdua ngomong apaan coba? Emang nggak malu bicarakan di tempat umum," batin Syarif.
"Wah, terima kasih banyak sayang. Kamu lah kekasih ku satu-satunya," tanggap Aprizal.
"Apa sih, nggak jelas kali mereka berdua ini. Huh, aku harus sabar melihat ke-bucinan mereka berdua," batin Syarif sambil menghela napas.
Setengah jam berlalu. Kini pelanggan mulai berdatangan untuk membeli roti bakar. Syarif pun mulai sibuk melayani pelanggan, sedangkan Aprizal malah sibuk pacaran dengan Syaqila.
"Astaga tuh anak, bukan bantuin. Malah sibuk pacaran," batin Syarif.
Selesai melayani pelanggan. Kini Syarif datang menghampiri Aprizal dan Syaqila, "Woy, Rizal. Kamu ke sini mau pacaran atau bantuin aku jualan. Aku tadi lagi keteteran tau nggak, banyak pembeli yang datang, kayak nggak ada waktu aja buat pacaran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romansa[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...