Setelah teleponan dengan Narti. Kini Aprizal menghela napas, sebab ia sangat senang bahwa putra pertamanya sudah lahir. Aprizal duduk di kursi sambil mengambil rokok dan menghidupi nya.
Tak lama kemudian, Narti dan Ambar sudah sampai di tempat persalinan. Kini ia melihat Aprizal yang isap rokok.
"Rizal, Syaqila di ruang mana?" tanya Narti.
"Syaqila, masih ada di ruang sana, Mbak," balas Aprizal.
"Baiklah, Mbak titip Ambar yah. Mbak, mau ketemu Syaqila."
"Iya, Mbak."
"Aku mau ikut, Bu. Aku mau lihat adek anak Tante Syaqila!" Ambar menggerutu.
"Nak, kamu nggak bisa ikut. Anak-anak dilarang masuk, " kekeh Narti.
"Iya, Ambar. Benar kata ibumu. Lagi pun Anak Paman, nggak ada di dalam sana. Kalau Ambar pengen lihat anak paman, nanti paman antar ke tempatnya." Aprizal mengajak.
Ambar pun berhenti menggerutu, lalu mengikuti ajakan Aprizal, "Iyakah, Paman. Baiklah, aku mau lihat anak paman dan tante Syaqila."
Aprizal mengangguk tersenyum. Usai mengobrol dengan Narti, kini mereka berdua pergi untuk melihat Adhitya.
Selepas keberangkatan mereka berdua. Narti bergegas masuk ke ruangan Syaqila. Lalu ia melihat Syaqila yang sedang tertidur.
"Qila, bagaimana kabar mu sekarang?" panggil Narti.
"Mbak Narti. Ambar mana mbak? Em, aku baik mbak. Ternyata melahirkan bukanlah segampang itu, tapi malah menyakitkan," balas Syaqila.
"Ambar lagi ikut Aprizal, katanya mau lihat anak mu. Alhamdulillah, mbak senang kalau kamu kelihatan baik. Yah begitulah, mbak mau lahiran anak mbak pertama kali juga kesakitan, tapi pas lahiran Ambar sudah nggak kerasa sakit lagi, sebab sudah terbiasa."
"Oh, padahal aku pengen lihat Ambar langsung. Hehe ... iya mbak. Em, begitu yah mbak. Kayaknya aku mau punya anak satu aja deh, Mbak. Soalnya aku kecewa sama Mas Rizal."
"Kalau Ambar ikut, nanti dia malah nggak bisa berhenti bergerak. Yah, kalau kamu mau punya anak satu aja, tergantung Aprizal nya, mau atau kagak. Kamu tahu sendiri, kalau sifat Aprizal sangatlah bar-bar, dia bahkan ajak kamu nikah siri."
Syaqila diam saja, lagi pun apa yang dikatakan oleh Narti ada benarnya. Bahkan setiap Syaqila mengandung, Aprizal tak berhenti menancapkan burung nya pada dubur Syaqila.
"Mbak, setelah lahiran ini, aku selanjutnya mau ngapain?" tanya Syaqila.
"Yah, kamu kasih asi sama anakmu. Terus besarkan seperti Ambar, nanti setiap bulan kamu pergi ke posyandu, buat cek perkembang anakmu. Oh iya, nama anakmu siapa?"
"Oh begitu yah, Mbak. Nanti bimbing aku yah, Mbak. Namanya Adhitya Woyoningrat."
"Siap, mbak bakalan bimbing kamu. Masyallah nama yang begitu keren, bentar lagi Ambar bakalan punya teman."
"Terima kasih yah, Mbak. Haha ... iya mbak, aku cuman kepikiran aja, sedangkan Woyoningrat nama marga ayah dan kakek buyutnya Mas Rizal."
Narti mengangguk tersenyum. Narti cukup lega kalau lahiran Syaqila sudah membaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romansa[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...