Selepas sarapan nasi uduk dan memakan beberapa gorengan. Aprizal dan Syaqila pun kekenyangan, lalu Aprizal datang menghampiri penjual untuk membayar.
"Bu, berapa semua jajanan yang kami makan?" tanya Aprizal.
"Dua puluh ribu, Nak," balas penjual.
Aprizal mengangguk, lalu mengambil dompet di saku celananya. Kemudian mengambil uang dua puluh ribu untuk membayar.
Usai membayar makanan. Kini mereka berdua meninggalkan warung tersebut, lalu masuk ke kamar penginapan yang telah disewa.
Saat sampai di kamar. Aprizal menyuruh Syaqila untuk mandi pagi, "Sayang, buruan mandi sana. Habis ini kita pergi ke asrama zipur, soalnya mas mau kerja."
"Baiklah, Mas. Mas Rizal, sudah mandi? Kenapa kita nggak bareng aja mandinya," balas Syaqila, lalu bertanya.
"Aku sudah mandi sayang, dari tengah malam. Semalam kan kamu cicip joni punya mas. Jadi sebelum solat, mandi wajib dulu."
"Yah, ya sudah deh. Hehe ... maafkan aku mas, soalnya aku sudah pengen, setelah kita LDR selama seminggu."
"I see, mas sudah mengerti kok. Mas juga sebenarnya kangen sama kamu. Ya sudah, buruan mandi sana, sudah setengah tujuh."
"Iya sayang, sabar atuh."
Setelah mengobrol dengan Aprizal. Syaqila segera pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk. Sebelum masuk ia melepaskan hoodie dan celana putih, nan mana pakaian tersebut akan dipakai lagi.
Beberapa menit berlalu, Syaqila keluar dari kamar mandi, dengan melilitkan handuk dari dada sampai ke paha, sambil membawa hoodie dan celana putih.
Aprizal yang duduk di sofa seraya memainkan gawai, melihat Syaqila nan sudah selesai mandi. Kemudian Syaqila melepaskan handuk — telanjang bulat.
Aprizal menggeleng kepala, lalu menegur, "Sayang, buat apa kamu keluar dari kamar mandi pakai handuk segala, kalau keluar juga masih telanjang. Lagi pun kita di sini cuman berdua."
"Hehe ... biar merasa kayak seperti ibu-ibu, Mas. Sebentar lagi aku bakal jadi calon ibunda dan mas jadi ayahanda, untuk anak kita kelak nanti."
"Ibunda, ayahanda. Wah, mas jadi candu berasa kayak raden di kerajaan."
"Yah kan, aku keturunan keraton, Mas. Jadi kayak nuansa kerajaan."
Aprizal tersenyum, "Maaf, Sayang. Mas lupa, kalau kamu keturunan keraton. Ya sudah, buruan pakai baju, nanti malah kedinginan."
"Baiklah, Mas."
Selesai mengenakan pakaian. Kini Aprizal bertanya lagi, "Sayang, kenapa kamu pakai hoodie dan celana putih itu lagi?"
"Kan baru dipakai hari ini, Mas. Aku nggak mau buat banyak pakaian kotor, kalau aku pakai pakaian baru, yang ada bakalan dimarahi sama bibi."
Aprizal pun tersenyum sambil mengangkat jempol, "Bagus sayang, ajaran bibi mu. Benar-benar berguna, semoga ajaran yang diberikan berguna untuk kita dan anak-anak kita kelak nanti."
Syaqila pun kebingungan. Kini Syaqila mengangguk saja, apa yang dikatakan oleh Aprizal, agar terhindar dari konflik.
Selesai berbincang, kini mereka berdua berkemas untuk pergi ke asrama. Pakaian kotor disatukan masuk ke dalam kantong kresek.
Selanjutnya Aprizal dan Syaqila meninggalkan kamar penginapan, lalu meninggalkan kunci pada pemilik di bagian admin.
Saat tiba di depan, mereka berdua meletakkan barang di dalam mobil. Kemudian lanjut mobil pick up, dan pergi menuju asrama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romance[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...