Selepas teleponan dengan Rahmah. Tak lama kemudian Syaqila menerima pesan dari Rizal dengan nama kontak Mas Rizal.
[Yah, kalau kamu nggak bisa. Terus mas telpon jam berapa sayang?] tanya Rizal.
[Aku nggak tahu, Mas. Maafkan aku yah, mungkin besok pagi pas pergi ke sekolah,] balas Syaqila.
Setelah membalas pesan Rizal. Syaqila lanjut menyapu teras lantai depan sampai bersih.
Usai menyapu. Syaqila menerima pesan Rizal kembali, [kalau besok pagi, mas mau apel sayang.]
[Apel apa mas?] heran Syaqila.
Dua menit berlalu, Rizal mengirim pesan lagi.
[Apel itu kayak upacara pagi. Ya sudah nanti sebelum apel, mas telepon lagi.]
[Oh begitu yah, Mas. Maaf aku nggak tahu.]
[Iya sayang, tidak apa-apa. Mas tutup pesan yah. Ini Syarif ajak mas kerja sampingan.]
[Iya, Mas. Semangat nyari uangnya.]
Selesai chatan dengan Rizal. Syaqila bergegas meninggalkan teras depan, lalu berjalan ke ruang keluarga dengan menemui bibi.
Saat sampai di ruang keluarga. Syaqila tidak melihat keberadaan bibi, lalu ada hanya ada Icha yang sedang tertidur nyenyak, serta setrika yang diangkat ke atas tanpa dicabut.
Kemudian Syaqila duduk menghadap dengan televisi, sembari mengambil remot dengan menonton televisi.
Meskipun cahaya televisi berwarna hitam putih. Syaqila tetap menikmati, sebab bisa mendapat informasi dari berita.
Selama Syaqila sibuk menonton televisi. Tidak lama, bibi datang melihat Syaqila yang asik menonton televisi, sedangkan Icha tidur berputar-putar seperti gasing sebab mendengarkan suara televisi.
"Qila, bisa nggak suara TV nya dikecilkan. Itu Icha tidurnya nggak normal!" Bibi mengomel.
Syaqila segera mengecilkan suara televisi, lalu membalas, "Maafkan aku, Bi. Aku lupa, ngomong-ngomong bibi pada pergi ke mana tadi?"
"Hadeh, masa kamu nggak tau. Tadi aku pergi ke toilet, buang air besar. Oh ya, kamu sudah nyapu teras depan?"
"Yah, aku capek bi jadi wajar nggak tahu. Oalah buang air besar, yah. Sudah dong, meskipun ajaran bibi VOC, aku pasti menyelesaikan nya dengan baik."
"Kamu kira, bibi penjajah Belanda. Kurang ajar yah."
Syaqila menyeringai. Kemudian obrolan mereka berdua menghening. Bibi lanjut menyetrika pakaian dan Syaqila menonton televisi.
Selama sibuk menonton televisi. Syaqila membuka obrolan kembali, "Bi, dulu pertemuan bibi dengan almarhum paman gimana? Terus, bibi atau paman yang menyatakan cinta duluan."
"Emang mengapa kamu bertanya begituan? Sekolah aja baru tamat SMP, sudah bahas cinta-cintaan. Kalau nggak salah paman duluan yang menyatakan cinta, kebetulan paman mu sama keturunan dengan bibi."
"Yah, aku cuman penasaran aja bi. Duh, hampir sama seperti kisah ku."
"Halah, pasti kamu sudah punya nih. Iyakah? Kok nggak dikenali sama bibi. Ngomong-ngomong pacar mu keturunan mana."
"Heh. Aku belum punya bi. Nanti, kalau aku sudah ketemu, aku janji akan kenali sama bibi. Aku usahakan cari sesuai keturunan ku." Syaqila berbohong.
Bibi pun diam saja. Syaqila mulai takut, sebenarnya ia baru pertama kali berbohong pada orang lain. Sebenarnya Syaqila tak pernah melakukan hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romance[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...