Setengah jam perjalanan. Aprizal, Syaqila dan Askar sudah sampai di rumah ayahanda. Kini mereka bertiga berhenti di depan pintu sambil memencet bel.
Tak lama seorang pelayan datang membuka pintu, lalu menyambut mereka bertiga, "Den Rizal sama keluarga, baru sampai yah?"
"Iya, Bi. Ayah ada?" tanya Aprizal. Syaqila hanya tersenyum, sedangkan Askar memperhatikan semua isi rumah. Sebab selama lima tahun, Askar tak pernah pergi ke rumah ayahanda.
"Tuan, lagi di atas Den Rizal," balas pelayan tersebut.
"Bi, aku minta tolong panggilkan ayah," pinta Aprizal.
"Baiklah, Den. Ayo silakan masuk dan duduk di kursi tamu," suruh pelayan.
Mereka bertiga pun mengangguk, kemudian duduk di sofa mewah. Kini Askar tak berhenti isi rumah tersebut.
"Ibu, ini benar rumah kakek? Kok, rumah kakek lebih mewah, dibanding asrama kita? Terus, kenapa kita nggak tinggal di rumah kakek?" heran Askar.
"Iya, Nak. Ini rumah kakek dari ayahmu. Kita bakalan tinggal di sini, kalau Askar sudah punya adik perempuan," balas Syaqila.
"Adik, emang kita mau adopsi adik perempuan bu?" tanya Askar.
"Tidak anakku, melainkan ibu sama ayah bakalan berusaha untuk mendapat anak perempuan."
"Emang gimana caranya, Bu?"
"Kamu, akan tahun setelah dewasa nanti."
Askar pun diam saja. Tak lama kemudian, Ayahanda datang menghampiri Aprizal, Syaqila dan Askar.
Kini Ayahanda tiba-tiba memanggil Askar - menarik perhatian Askar, "Askar?"
"Ibu, kakek itu siapa?" tanya Askar mengalih dialog pada Syaqila.
"Itu kakekmu, Sayang. Ya sudah, buruan dekati kakekmu. Mungkin kakek mau beri sesuatu padamu," balas Syaqila.
Askar bangkit dari duduknya, lalu datang merangkul tubuh Ayahanda, "Cucu kakek, sudah makin besar aja. Kemarin malah kecil."
"Hehehe ... iya kakek, kan aku akan semakin besar. Ngomong-ngomong kakek suka baca buku biografi sama dengerin musik klasik, yah?" tebak Askar.
"Lah, kok Askar bisa tahu? Iya kakek suka koleksi semua buku biografi dan dengerin musik klasik. Emang, Askar suka baca sama dengar musik?" heran Ayahanda.
"Iyalah, Kek. Kan sejak umur satu tahun, aku pernah baca buku, yang dibawakan sama ayah. Kata ayah, ini buku dongeng."
Ayahanda tertawa terbahak-bahak, "Hahaha ... ayahmu itu bod*h, dia nggak bisa mana bedain buku biografi sama buku dongeng. Tapi, kakek bangga punya cucu suka dengan kepribadian kakek."
Askar pun tersenyum, Aprizal dan Syaqila tertawa melihat kedekatan Ayahanda kepada Askar.
"Kek, aku boleh baca buku biografi dan lagu klasik tahun 70-80-an? Kata ayah, kakek punya banyak koleksi," pinta Askar.
"Tentu saja boleh, Cu. Ya sudah, kamu pergi bareng bibi aja, ke ruang perpustakaan."
Askar mengangguk dan bersemangat. Kini Askar dan bibi pergi menuju perpustakaan. Usai keberangkatan Askar, kini Ayahanda membuka obrolan pada Aprizal.
"Aprizal, gimana obat gingseng nya sudah kamu minum sampai habis?" tanya Ayahanda.
Syaqila pun kaget mendengar pertanyaan Ayahanda. "Obat gingseng, maksud obat madu yang sering diminum sama Mas Rizal," batin Syaqila.
"Alhamdulillah, sudah habis ayah," balas Aprizal.
"Bagus kalau begitu, terus kapan kalian mau buat anak lagi? Ayah nggak sabar mau punya cucu perempuan, umur ayah sudah makin membungkuk. Sebelum ayah menghabiskan sisa waktu, ayah mau lihat cucu perempuan ku terakhir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romance[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...