Selama mereka bertiga berjalan kaki. Kini Syaqila, Rahmah dan Ambar sudah sampai di depan rumah asrama Asgar.
"Qila, emang rumah Mas Asgar di mana sih?" tanya Rahmah.
"Itu rumah, Mas Asgar. Sudah ada di depan sana," balas Syaqila.
"Serius?"
"Iya. Kami antar kamu sampai sini aja, yah. Selama berkencan dengan Mas Asgar."
"Heh, aku kira rumahnya jauh. Terima kasih sudah di antari."
"Baiklah, sama-sama. Kami mau pulang yah."
Rahmah mengangguk. Setelah berpamitan dengan Syaqila dan Ambar. Rahmah pun berjalan menuju asrama tersebut, kebetulan rumah itu pintunya terbuka.
Saat berdiri di depan pintu. Rahmah mendengar suara dengan menggunakan bahasa Jepang. Rahmah mengintip lewat pintu, melihat Asgar nan sedang menonton anime lewat laptop.
"Assalamu'alaikum, Mas Asgar," sapa Rahmah.
"Wa'alaikum salam. Eh, Sayang. Kok bisa ada di sini?" heran Asgar.
"Bisa dong. Lagian mas, nggak pernah mau ajak aku ke sini. Tadi temanku Syaqila, istrinya Mas Rizal yang membawa ke sini," balas Rahmah.
"Maafkan aku, Sayang. Bukannya aku nggak mau ajak kamu ke sini. Tapi, rumah mas kayak kapal pecah, takut kamu malah i feel."
Rahmah pun diam saja, lalu ia menebak, "Mas, banyak pikiran yah?"
"Lah, kok kamu bisa tahu sayang?"
"Sebab lihat orang banyak pikiran. Dilihat dari lingkungan nya, Mas. Sini, mas cerita aja sama aku, siapa tau aku bisa kasih solusi."
"Em, sebenarnya aku malu sayang. Aku nggak mau semua ini terjadi padamu, takutnya kamu malah i feel. Mas sebenarnya sandwich. Bekerja hanya untuk menghidupkan kedua orang tua nan sudah menua, dan menyekolahkan adik dengan jarak sepuluh tahun."
"Aku nggak bakalan i feel, Mas. Oh begitu, ya sudah mas, ayo kita menikah. Nanti kedua orang tua dan adik mu, aku yang urus."
"Bukannya kamu masih sekolah, Sayang? Jadi gimana kamu mau mengurus kedua orang tuaku dan adikku."
"Aku sebenarnya malas sekolah, Mas. Lihat Syaqila aja nekat nikah sama Mas Rizal. Mas, tak usah khawatir. Ayahku kaya tujuh turunan. Kakek buyutku adalah CEO pengusaha sepatu terkenal hingga terkenal mancanegara, sampai sekarang."
Asgar pun diam saja dan malu, melihat Rahmah yang sangat kaya padanya. Namun, mengapa ia menerima Asgar, yang banyak kekurangan?
"Sayang, apakah kamu nggak malu punya pacar sepertiku?" tanya Asgar.
"Aku nggak malu, Mas. Aku nggak peduli mas punya masalah keuangan, yang kuinginkan hanya kepercayaan pada mas," balas Rahmah.
Asgar membasahi wajahnya, lalu merangkul tubuh Rahmah - Asgar menempelkan joni pada Rahmah, lalu dua dada mengenai tubuh Asgar.
Rahmah pun kaget. Setelah empat bulan pacaran, cuman saling pegang-pegangan, kini sudah saling merangkul.
Rahmah merasakan tonjolan membelok ke kanan. Sedangkan Asgar merasakan dua dada menempel di bahunya.
"Ya Allah, ini kenapa harus terjadi," batin mereka berdua bersamaan.
Kemudian Asgar melepaskan rangkulan Rahmah, "Maafkan aku, Sayang. Aku nggak sengaja."
"Iya, Mas. Maafkan aku juga, aku sengaja membangunkan punya mas."
Kini kedua wajah mereka berdua memerah. Selepas itu, Asgar segera menutup pintu, agar orang lain tidak melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romance[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...