Ketika tiba di depan asrama. Aprizal, Syaqila dan Adhitya melihat Ambar sedang bermain ayunan, sembari ditemani Narti yang sedang memberi makanan pada Ambar.
"Mbak Ambar?" panggil Adhitya.
Ambar dan Narti berhenti bermain ayunan, lalu melihat mereka bertiga yang sedang menghampiri," Dek Adit."
Adhitya bergegas menaiki ayunan, nan dinaiki oleh Ambar dan Narti.
"Syaqila, Aprizal. Kalian habis dari mana?" tanya Narti.
"Tadi, kami ke depan mbak. Sekalian ajak Adit nemenin Mas Rizal," balas Syaqila.
"Lah, tumben. Pantas aja, Ambar panggil Adit nggak keluar-keluar, ternyata pergi ke depan toh."
"Hahaha ... iya mbak, harusnya jam segini Adit masih tidur. Tadi, malah kepagian ketiduran, jadi nggak tidur lagi hingga temani ayahnya di depan."
Narti mengangguk tersenyum. Melihat Syaqila berbicara dengan Narti. Kini Aprizal bergegas pergi masuk ke asrama.
"Lah, Zal kamu mau ke mana?" tanya Narti.
"Mau mandi mbak, soalnya habis ashar mau ke rumah ayah," balas Aprizal.
"Heh, bukannya kemarin kalian sudah pergi ke rumah ayahmu. Padahal Mas Hasan, mau minta tolong malam ini sama kamu."
"Yah, ayah yang minta mbak. Katanya ayah kangen sama Adit. Emang, Bang Hasan mau minta tolong apa mbak?" heran Aprizal.
"Aku nggak tau, Zal. Ini pesan abangmu, tapi kalau kamu sibuk nggak pa-pa. Nanti, mbak kasih tau lagi sama Mas Hasan."
"Oh begitu, yah mbak. Baiklah, Mbak. Maaf aku nggak bisa bantu."
Narti mengangguk. Kemudian Aprizal segera pergi masuk ke asrama, lalu mengambil handuk dan pergi menuju kamar mandi, dengan membersihkan tubuh.
Selepas keberangkatan Aprizal. Kini Syaqila membuka obrolan, "Mbak, aku minta maaf dengan sikap suamiku. Sebenarnya, aku nggak bisa bantu mbak."
"Iya, tidak apa-apa Qila. Ya sudah, kamu segera layani suamimu. Anak mu, biar mbak dan Ambar temani," balas Narti.
"Baiklah, Mbak."
Syaqila segera pergi, kemudian masuk ke dalam asrama untuk bertemu Aprizal. Saat Syaqila masuk, kini ia melihat Aprizal telanjang setengah dada, dan bahu sampai ke dada masih basah.
"Mas, keringkan badan dulu? Itu tubuh mas masih basah," ucap Syaqila.
"Nggak bisa, Sayang. Mas, mau buru-buru," balas Aprizal.
"Lah, mengapa mas mau buru-buru. Emang, mas mau ngejar apa? Bukannya kita akan pergi setelah solat ashar?" heran Syaqila.
"Sejak kapan, Mas berbicara seperti itu. Kan mas bilang, habis adzan ashar kita pergi ke rumah ayah."
Syaqila pun diam saja, sambil meneteskan air mata. Kini Aprizal segera mengusap air mata Syaqila, "Maafkan aku, Sayang. Nggak bermaksud marah padamu. Mas, cuman capek aja, apalagi basa-basi dengan Mbak Narti."
"Emang mas, ada masalah apa sama Mbak Narti. Selama ini, kita dengan Mbak Narti aman-aman saja."
"Nggak ada apa-apa, mas cuman capek sayang."
"Kalau mas capek, mending istirahat dulu. Habis maghrib baru kita pergi ke rumah ayah. Kalau buru-buru dan tiba-tiba ada bahaya, kan berakibat pada kita semua. Emang mas, mau kehilangan ku dan Adit?"
Aprizal pun hening, lalu merespon, "Baiklah, Sayang. Terima kasih sudah beri saran baik padaku. Ya sudah, kita istirahat terlebih dahulu. Nanti habis maghrib, baru kita pergi ke rumah ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romance[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...