Sesampai di sekolah, Aprizal menghentikan motor di depan gerbang, ternyata Adhitya belum pulang. Kemudian seorang ibu-ibu muda, juga menunggu di depan gerbang, dengan menjemput anak.
Setelah itu, salah satu dari seorang ibu memanggil Aprizal, "Mas, lagi nyariin siapa di sini?"
Aprizal menoleh ke belakang, lalu membalas, "Aku, lagi nungguin anak, Bu."
"Hah, serius sudah punya anak? Aku kira, mas masih bujang. Mungkin aja, mau nemenin aku," heran ibu itu.
"Maaf, Bu. Aku sudah terlalu setia sama istriku, ada lima anak yang mau aku tanggung jawabkan di rumah."
Ibu itu membulatkan mata, "Anak bapak ada lima, pasti bapak dulu nikah sama janda. Jadi ada anak bawaan."
"Astaghfirullah, jangan husnudzon bu. Aku nikahin istri masih gadis, istri ku baru tamat SMP. Sudah aku nikahi, hingga kami ditakdirkan anak pertama."
Ibu itu geleng-geleng kepala, mendengar cerita Aprizal, "Gila, Pak. Emang bapak kerja apa? Bisa bikin anak sebanyak itu, ditambah istrinya masih sekolah, malah ikut aja."
"Hehe ... saya tentara, Bu. Angkatan Tamtama Koptu (Kopral Satu) minggu kemarin."
"MasyaAllah, Bapak Tentara, yah. Pantas saja, istrinya mau."
Aprizal mengangguk sambil tersenyum, "Istri aku mah, penurut. Jadi, mau aja ketika lagi diajak."
Ibu itu pun tertawa. Aprizal juga ikut ketawa kembali. Saking lama mengobrol, tak lama suara bel berbunyi, menandakan waktu pulang.
Selepas itu, Adhitya datang ke luar sambil mengandeng tas. Selanjutnya, Adhitya datang menghampiri Aprizal.
"Lah, Adit. Jadi, ini Bapaknya Adit," ucap Ibu itu.
"Hah, iya Bik Alma. Ini memang Bapaknya Adit," balas Adhitya.
Aprizal dan ibu itu pun kebingungan, "Heh, kata Alma. Ayah mu pelaut, kok bibi baru tahu kalau ayah mu seorang tentara?"
"Emang Alma, tau dari mana bu? Aku dari dulu, bapakku sudah tentara."
"Adit, emang kamu kenal sama ibu ini?" tanya Aprizal.
"Iya, Ayah. Ini ibunya temanku, saat aku masih TK. Jadi aku sama Alma, barengan masuk SD," balas Adhitya.
"Oh, begitu. Maaf, yah. Ayah, nggak tahu. Soalnya ayah nggak pernah antar jemput kamu, biasanya ibu yang selalu menemani mu."
Melihat Adhitya mengobrol dengan Aprizal. Kini Alma seorang wanita cantik, sekaligus sahabat dekat Adhitya di sekolah, datang memanggil Adhitya.
"Adit, ini bapak mu, 'kah?" heran Alma.
"Iya, ini bapakku. Oh iya, Al. Kok, kamu kasih tau sama ibu mu, kalau bapakku seorang pelaut. Padahal bapakku tentara, lho," balas Adhitya.
"Wah, ganteng banget mirip sama Adit. Lah, bukannya kata ibumu, bapakmu itu seorang pelaut. Heh, iyakah? Pantas saja kamu sama ibumu sering pulang, masuk asrama. Kok, aku baru tahu."
"Ya Allah, kita sudah dua tahun temenan. Masa kamu nggak tahu."
"Hehehe ... aku nggak tau, Dit. Kan selama ini, ibumu sering antar jemput. Ya sudah, aku mau pulang duluan yah. Soalnya nanti sore, mau eskul nari. Om Adit, aku pulang dulu yah," tanggap Alma, lalu mengalihkan dialog pada Aprizal.
Adhitya diam menghela napas. Kemudian Aprizal membalas, "Iya, Nak. Hati-hati di jalan."
Ibu Alma pun juga ikut berpamitan, "Bapak Adit, kami pulang dulu, yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
عاطفية[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...