#Spoiler mengandung adegan dewasa, cerita ini agar tidak menyinggung pembaca di bawa 18.
iga jam berlalu, tepat adzan maghrib berkumandang. Aprizal, Adhitya dan Syaqila sudah siap untuk pergi ke rumah Ayahanda.
"Ibu, sudah siap belum?" panggil Aprizal.
"Tunggu, bentar lagi yah," balas Syaqila.
Kini Aprizal dan Adhitya mengeluarkan motor, dengan menggunakan pakaian bagus dan menunggu Syaqila yang sibuk berdandan.
Tak lama Syaqila pergi ke depan, lalu bertanya pada Aprizal, "Ayah, nggak solat dulu? Kan sudah waktu Maghrib."
"Nunggu di rumah kakek, Bu. Nanggung banget, soalnya ayah sudah pakai pakaian dengan rapi."
"Tapi, alangkah baiknya solat lebih dahulu yah. Kalau ayah habis solat, nanti wajahnya makin bersinar," kekeh Syaqila.
Aprizal pun diam saja, sambil memendam rasa kesalnya. Adhitya yang berdiri di atas motor, melihat Aprizal turun.
"Ayah, mau ke mana?" tanya Adhitya.
"Ayah, mau solat nak. Adit mau ikut?" tanya balik Aprizal.
"Iyah, Yah. Aku mau ikut." Adhitya bersemangat.
Melihat anak dan ayah yang selalu dekat. Kini Syaqila diam saja, melihat kedekatan mereka. Beberapa menit berlalu, usai menunaikan solat maghrib.
Adhitya dan Aprizal keluar dari pintu depan, lalu bersiap pergi ke rumah Ayahanda. Kemudian Syaqila yang menunggu di ayunan, melihat mereka makin bersinar.
"MasyaAllah, suami dan anakku. Makin ganteng aja, emang buah nggak pernah jauh dari pohon nya." Syaqila memuji mereka berdua.
"Ah, masa sih? Ibu mau nyindir ayah kah?" Aprizal yang tidak percaya.
"Astaga, Yah. Aku kayak begini, dibilang menyindir. Ya sudah, nanti nggak akan ku kasih jatah!"
"Halah, nggak kasih jatah ceritanya. Padahal dua tahun ini, ibu emang nggak pernah ngasih sama sekali. Ibu malah sengaja, bawa Adit ke tengah, biar ayah nggak nempel terus."
Syaqila menyeringai, lalu membalas, "Aku capek lah, Yah. Ayah, enak nempelin itu doang, kalau ibu capek ngandung sama lahirin."
"Ayah, ibu. Kita kapan jalannya, aku nggak sabar pengen ketemu kakek." Adhitya mengeluh.
"Ya Allah, maafkan ayah, yah nak. Gara-gara ibu, ayah malah sibuk berdebat," tanggap Aprizal.
"Yaelah, padahal ayah sendiri yang ajak duluan."
"Iya, yah. Ayah minta maaf, ya sudah buruan ibu naik. Nanti pas di jalan malah isya, terus di suruh solat lagi."
"Nah, gitu dong."
Syaqila segera naik motor. Kemudian mereka bertiga bergegas pergi ke rumah kakek, sebab melayani permintaan Ayahanda dan Adhitya.
Lima belas menit berlalu. Tak lama Aprizal mendadak berhenti di tempat angkringan, sebab ingin membeli roti bakar sebagai buah tangan.
"Lah, Mas ngapain kita berhenti di lapak Mas Syarif?" heran Syaqila.
"Bu, kita beli roti bakar dulu. Sekalian buat buah tangan untuk ayah. Ayah sudah lama tidak ke sini, semenjak kehadiran Adit," balas Aprizal.
Syaqila diam saja. Kemudian Adhitya ikut turun sambil mengandeng tangan Aprizal.
"Rif, aku pesan roti bakar rasa cokelat sama blueberry," pinta Aprizal.
"Lah, Rizal. Kok, kamu baru datang sekarang. Kirain sudah mati?" heran Syarif.
"Sialan, kau memang bangs*t! Ya, sorry Rif. Semenjak ada Adit, aku nggak bisa bantu kamu jualan. Soalnya anakku nih nempel terus kayak karet."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romance[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...