Lima bulan berlalu, kini perutnya Syaqila sudah makin membesar, dan saatnya untuk melahirkan.
Namun bukan mau pergi ke rumah sakit, Syaqila malah sibuk jualan seblak. Saat Syaqila sibuk mengeluarkan barang, kini Narti membuka obrolan.
"Qila, kamu yakin mau jualan? Apa kamu nggak konsul aja ke rumah sakit, makin hari perut mu itu makin membesar," tanya Narti.
"Iya, Mbak. Aku sekalian cari uang buat persalinan dan membantu Mas Rizal. Rencana mau pergi sih, Mbak. Tapi, Mas Rizal masih sibuk bekerja," balas Syaqila.
"Sekarang kamu sudah masuk berapa bulan? Yah, cari uang sih, mbak nggak melarang, tapi mbak khawatir dengan dirimu. Hadeh."
"Bentar lagi mau masuk ke-sembilan, Mbak. Mbak, tak usah khawatir, aku baik-baik saja kok."
Usai mengobrol dengan Narti. Syaqila berjalan menuju toko sambil membawa barang. Tak lama, Syaqila malah pecah ketuban.
"Ya Allah, Qila. Baru apa mbak bilang." Narti khawatir.
"Mbak, tolong aku mbak," balas Syaqila.
"Ya sudah, mbak mau telpon ambulan dulu."
Selama menunggu ambulan tiba. Kini Narti membawa Syaqila duduk di warung, sambil jaga-jaga biar anak Syaqila yang di kandung tidak mendadak keluar.
Kemudian Narti menelpon Aprizal, "Zal, kamu buruan pulang. Istrimu bentar lagi mau melahirkan."
"Hallo, Mbak. Hah, beneran mbak. Nanti aku segera pulang dan minta izin sama temanku."
"Jangan lama-lama, istrimu lagi keadaan genting. Ini mbak sudah menelpon ambulan, sebentar lagi ambulan mau datang."
"Iya, Mbak."
Selepas telponan dengan Aprizal, tak lama mobil ambulan sudah sampai di depan. Kedua pengantar ambulan, segera keluar sambil membawa ranjang, untuk membawa Syaqila ke dalam ambulan.
"Mbak, tolong ambilkan dompet, di atas meja itu," pinta Syaqila.
Narti segera mengambil dompet milik Syaqila, lalu memberikan pada Syaqila. Usai menerima dompet, Syaqila segera di bawa ke rumah sakit.
Setelah keberangkatan Syaqila. Kini Aprizal datang, lalu ia bertanya pada Narti, "Mbak, istriku di mana?"
"Istri mu, barusan pergi ke rumah sakit, dibawa ambulan. Kamu buruan susun barang jualan istrimu, lalu susul istri mu," balas Narti.
"Baiklah, Mbak." Aprizal segera membereskan barang jualan Syaqila. Kemudian Aprizal segera pergi dengan mengenakan seragam pdl.
"Zal, nanti kalau sudah lahiran, telpon mbak yah," ucap Narti.
"Iya, Mbak," balas Aprizal.
Ketika sampai di rumah sakit. Mobil ambulan mendadak berhenti di UGD, kemudian ranjang dorong di naiki Syaqila dibawa keluar.Kini Syaqila kesakitan — di bawa ke UGD. Kemudian dokter kandungan masuk ke dalam UGD, dengan memeriksa keadaan Syaqila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romansa[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...