Empat bulan kemudian. Kriing! Suara alarm pukul setengah lima pagi berdering kencang, beriringan adzan subuh berkumandang.
Kini Syaqila terbangun dari tidurnya. Namun Aprizal malah tidur, saling capeknya bekerja dengan mencari uang, dari pagi — ke malam.
"Mas, bangun. Sudah subuh?" panggil Syaqila dengan mendorong bahu Aprizal.
Aprizal nan mengenakan kaos oblong dan celana pendek pun terbangun. Ia membuka matanya dengan keadaan melintang.
Kemudian Aprizal meminta sesuatu pada Syaqila, "Sayang, lima menit yah."
"Hah, apa maksud mas lima menit?" heran Syaqila.
"Ini sayang," balas Aprizal dengan menunjukkan ke celana nya.
"Ih, nggak mau mas, sakit. Apa mas nggak lihat perutku lagi melendung? Apa mas kasihan dengan anak pertama kita?"
"Bukan di situ, Sayang. Di bokong juga boleh, mas mau melepaskan rasa nafsu mas. Boleh yah, boleh."
Syaqila menghela napas dengan panjang, lalu menerima permintaan Aprizal, "Iya, boleh mas. Tapi, jangan kuat-kuat."
"Siap, Sayang. Nanti kalau sudah keluar, mas bakalan lanjut mandi wajib, terus solat subuh."
Syaqila mengangguk. Kemudian Aprizal membuka rok Syaqila. Selanjutnya Aprizal membuka celana pendek dan celana dalamnya, lalu memasukkan joni ke dalam anus Syaqila.
Syaqila merasa kesakitan. Namun makin lama, malah makin enak. Aprizal nan memasukkan joni nya berkali-kali, merasa sangat puas — berhasil mengeluarkan cairan.
"Huh, terima kasih banyak, Sayang. Bokong mu juga enak. Mas mau lanjut mandi dulu," ucap Aprizal dengan lega.
Syaqila diam saja, "Iya, sama-sama mas, tapi jangan diulangi lagi. Sudah buruan mandi, nanti malah kelihatan matahari, mas malah nggak subuh."
"Iya sayang, iya. Lah, kok gitu."
"Sakit tau nggak, Mas. Kalau setiap hari, nanti kalau terjadi apa-apa dengan anak kita bagaimana?"
Aprizal pun diam saja. Makin hari kini Syaqila makin cerewet, setelah berumah tangga selama empat bulan. Aprizal mulai sadar apa yang dialami oleh Syarif memang ada waktunya.
Namun, meski Syaqila cerewet masih ada manfaatnya. Aprizal yang malas bangun pagi, kini sudah terbiasa. Kadang semenjak lajang, harus disiram air sama Hasan, baru bangun tidur.
Usai mandi wajib. Aprizal pun mengenakan celana pendek kembali, lalu sambung berwudhu, dan pergi ke kamar dengan mengambil sarung beserta sajadah.
Selesai melakukan hubungan sama Aprizal. Syaqila malah tidur kembali dengan tidak memakai celana, dan hanya memakai celana dalam.
Aprizal yang masuk ke dalam kamar. Langsung mengambil selimut dengan menutupi paha — ke kaki Syaqila, agar tidak kedinginan.
Selepas menyelimuti Syaqila. Aprizal pun berjalan menuju ruang tamu, lalu menunaikan ibadah solat subuh.
Beberapa menit kemudian. Aprizal sudah selesai melaksanakan solat subuh. Selanjutnya Aprizal berjalan menuju kamar, dengan mengenakan pakaian loreng.
Sesudah mengenakan pakaian kerja. Aprizal pergi ke dapur, dengan memasakkan nasi goreng buat sarapan pagi — tidak lupa, bikin dua gelas susu putih.
Setelah menyajikan sarapan pagi dan susu. Aprizal pun pergi ke kamar dengan membangunkan Syaqila.
"Sayang, bangun sayang?" panggil Aprizal.
Kini Syaqila membuka mata, melihat Aprizal yang telah mengenakan pakaian dinas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romansa[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...