Seper empat jam kemudian, kini Aprizal dan Syaqila sudah sampai di tempat tujuan. Mereka berdua menunggu kedatangan Syarif dan rombongan Rahmah.
Lima menit berlalu, kini rombongan Rahmah telah tiba dengan mengunakan mobil hitam. Mobil itu berhenti di belakang mobil pick up yang dinaikan oleh Aprizal dan Syaqila.
Selepas itu, Rahmah turun dari mobil dengan menghampiri mobil pick up, lalu Rahmah memanggil Syaqila.
"Qila, kamu sudah berapa lama menunggu? Maaf yah kalau telat, tadi ada kereta api yang melintas," tanya Rahmah.
"Rahmah. Baru lima menit, iya nggak pa-pa. Ngomong-ngomong kamu bawa kebaya putih sama batiknya?" tanya balik Syaqila.
"Ada kok di mobil. Ya sudah, ayo turun dari mobil nanti sekalian aku bantu pakai dan dandani kamu biar tambah cantik," suruh Rahmah.
"Ah, baiklah. Aku izin dulu sama Mas Rizal."
Rahmah mengangguk, lalu Syaqila mengalih dialog pada Aprizal yang sedang menelpon Syarif, nan tak kunjung datang.
"Mas Rizal, aku ke belakang dulu, yah. Soalnya sahabatku sudah sampai. Aku mau pakai kebaya sama berdandan dulu," ucap Syaqila.
"Iya sayang, silakan. Lagipun mas sedang menunggu kehadiran Syarif," balas Aprizal.
Syaqila mengangguk tersenyum. Kemudian ia keluar meninggalkan Aprizal. Kini Syaqila dan Rahmah berjalan ke belakang memasuki mobil.
"Pak Toro, boleh keluar sebentar. Ini Syaqila mau pakai kebaya sama di dandani," pinta Rahmah dengan sopan.
"Ah, baiklah Non Rahmah. Bapak mau ke depan dulu, mengobrol dengan Pak Rizal," balas Toro.
"Baiklah, Pak. Terima kasih. Yah, ajak ngobrol aja pak, sama bimbing Mas Rizal pas akad nikah agar nggak gugup."
Toro mengangguk. Setelah keberangkatan Toro. Kini Syaqila segera melepaskan baju, lalu sambung menggunakan kebaya putih dan kemeja sebagai penutup bawah.
Sedangkan Putri dan Fitri seorang fotografer duduk di kursi tengah. Lima menit berlalu, kini Syaqila sudah selesai dan nampak cantik ketika mengenakan kebaya putih.
Selanjutnya, Rahmah mengambil alat tata rias dengan mempercantik Syaqila. Di lain sisi, saat Toro keluar dari mobil, kini ia datang menghampiri Aprizal.
Tok!
Tok!Suara ketukan kaca itu menarik perhatian Aprizal. Kemudian Aprizal membuka jendela sambil bertanya.
"Iya, Pak. Ada perlu apa?" tanya Aprizal.
"Apa benar, kalau anda adalah Pak Rizal?" tanya balik Toro.
"Iya, terus bapak siapa?"
Toro mengangguk, "Maaf pak, perkenalkan namaku Toro Sudiro, aku adalah supir pribadi Non Rahmah dan temannya Non Syaqila. Oh yah, kata Non Rahmah, Pak Rizal lagi gugup yah?"
"Em, salam kenal Pak Toro. Jadi bapak yang jadi wali nikah buat Syaqila? Aku nggak gugup pak, aku malah takut sama temanku yang tak kunjung datang. Daritadi aku hubungi nggak diangkat, nanti yang mau jadi wali buatku siapa?"
"Iya, Pak. Iya, aku jadi wali nikah buat Non Syaqila. Bapak yang sabar, mungkin teman bapak lagi ada di jalan."
Tak lama kemudian, suara motor besar terdengar dari belakang, lalu berhenti berpas-pasan dengan mobil pick up yang dikendarai Aprizal.
"Zal, sorry baru sampai. Tadi motorku pecah ban, tambah habis bensin. Oh ya, ini kemeja putih sama jasnya, semoga aja pas untukmu," ucap Syarif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love and Destiny [TAMAT]
Romansa[Cerita ini mengandung adegan dewasa dan terkhusus kan untuk berumur 18+] [Slow Update, tergantung mood] Mengisahkan seorang abdi negara berumur 21 tahun yang jatuh suka pada seorang wanita. Wanita tersebut masih berumur 17 tahun. Namun, kisah cinta...