Pada selasa sore yang cerah, diterpa hembusan angin, menyaksikan deburan ombak, dan musik yang mengalun melalui sebuah headset berwarna pink. Musik yang terputar seakan menjadi backsound dari orang sekitar yang sibuk dengan kegiatannya, sore itu. Begitu pun dengan dirinya, asik menggoreskan tinta hitam disebuah buku. Sesekali mendongak untuk melihat ke depan, di sana banyak manusia seukuran dengannya sedang bermain bola.
Dia Jingga, lengkapnya Zhavira Jingga Mahesa, namanya sama dengan warna langit sore itu. Seorang gadis yang tengah menghabiskan masa liburan sekolah, sebelum nanti ia disibukkan dengan kegiatan masa pengenalan sekolah. Yap, gadis itu baru saja memasuki tingkatan dalam pendidikan yaitu : sekolah menengah atas.
Sejak tanggal dua puluh lima Juni setelah kelulusannya dari sekolah menengah pertama, ia dan keluarganya terus pergi untuk menghabiskan liburan. Kini ia tengah berada di suatu pantai yang letaknya berada di Priangan Timur, pantai tersebut cukup terkenal seantero Jawa Barat. Namun, pengunjung yang datang dilarang berenang karena pantai tersebut mimiliki ombak yang tinggi. Alhasil pengunjung yang ada hanya bisa bermain ditepi.
Meski begitu banyak kegiatan yang dilakukan tentunya, seperti Jingga— dia hanya mencorat-coret asal buku yang dipegangnya sembari melihat beberapa orang yang sedang bermain bola. Walau telinganya ditutup sebuah headset, ia terhanyut oleh keseruan manusia-manusia di depannya.
Sebuah bola ditendang, namun beda bundar itu mengenai bagian tangan dekat ketiak, berhubung tidak ada wasit di sana— kejadian itu cukup ricuh.
"Hand woi!" teriak laki-laki berkaus abu-abu.
Sementara yang terkena pelanggaran itu mencoba membela diri, "Enggak! Mana bekasnya?"
Seketika mereka tergelak, termasuk Jingga. Dalam pertandingan aslinya pun jika bola mengenai tubuh bahkan kaki ya, tidak ada bekasnya. Akhirnya tim anak itu mendapat hukuman berupa tendangan bebas. Gawang bermodalkan kayu yang ditancap pada pasir, siapa saja dapat membobol dengan mudah. Bola tersebut melesat jauh.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, gadis itu sedang berlibur, ia datang dari Kota yang cukup jauh dari pantai tempatnya melamun itu. Sebuah kecamatan di Ibu Kota dari Jawa Barat, dekat dengan gunung Palasari yang lokasinya berbeda kabupaten.
Sekolah barunya nanti hanya berjarak kurang lebih 300 meter dari rumahnya, ia diterima di sana melalui sistem zonasi. Katanya kurang percaya diri jika menggunakan jalur prestasi.
Jingga ini anak tunggal, tentu saja ia sering merasa kesepian ditambah kedua orang tuanya memiliki pekerjaan masing-masing. Ditinggal sendiri di rumah sudah menjadi hal biasa. Tapi beruntunglah dia mempunyai teman baik bernama Elsa, rumahnya tak jauh pula, dia hanya cukup menyebrang jalan kemudian sedikit berjalan ke kiri. Mereka berteman pada saat SMP, karena sebelum itu ia dilarang keras menyebrang jalan hanya untuk bermain. Bukan sebab apa, jalanan dekat pemukimannya tergolong ramai, banyak kendaraan berlalu-lalang meski jalan tak terlalu lebar.
Elsa masih menjadi teman masuk SMA nya, Jingga sangat beruntung dengan itu. Mereka sama-sama tengah menghabiskan liburan, namun tempat yang dipilih berbeda. Katanya orang tua Elsa mengajak ke Kota, sementara orang tua Jingga ingin menikmati alam.
Kini waktu menunjukkan pukul 17.20, mama dan papa Jingga sudah mengajaknya untuk pulang setelah selesai dengan foto dan tongkat selfie mereka. Menurut Jingga, orang tuanya memang cukup narsis, apalagi di sesi liburan, seperti setiap langkah yang mereka ambil harus diabadikan.
Bhuk!
"Ak!"
Saat tangannya merentang untuk menjaga keseimbangan langkahnya di atas pasir, sesuatu menghantam sikut kirinya cukup keras.
"Hands ball!"
Jingga menengok, kemudian mengecek sikunya yang mengenakkan baju putih berlengan panjang. Di sana terdapat pasir bekas hantaman bola.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bulan Juni
RomancePada minggu sore di tepi pantai, pada akhir dari bulan Juni, aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan yang terjadi. Netra coklat yang terkena bias mentari berwarna jingga, membuatnya sangat indah, meski aku tak mengenalnya. Tapi semenjak itu, aku ter...