37. Derby Desember

10 3 2
                                    

“Naik kereta api tut… tut… tut… siapa hendak turut, ke Bandung… Surabaya—“

“Bukanya kita mau ke Garut ya?"

Nyanyian para gadis terhenti begitu saja saat Kalandra berkata demikian, keadaan dalam mobil seketika hening dengan beberapa orang yang menatap sinis, sisanya menahan tawa.

Perjalanan kali ini melaju ke bagian Priangan Timur, Jawa Barat. Tak lain dan tak bukan, tujuan mereka adalah melihat deburan ombak dan aroma khas laut. Daerah tersebut memang terkenal dengan wisata pantai nya yang tak kalah dengan Bali, sebagian besar  dari penduduk Ibu Kota Jawa Barat memilih daerah tersebut untuk liburan akhir tahun. Untuk itu saat akhir tahun tempat seperti itu akan selalu ramai pengunjung.

Menempuh waktu kurang lebih 4 jam, dengan rencana pulang-pergi—mereka sengaja berangkat pada pukul 10 pagi agar begitu sampai dapat menikmati pemandangan tanpa harus tersengat matahari mentereng di tengah hari.

Rombongan mobil berisi tujuh orang itu meliputi pak Tisna, Keenan, Evelyn, Elsa, Jingga, Kalandra, dan Ridho. Posisi Rain bukan digantikan oleh Ridho, namun katanya dia memiliki jadwal liburan bersama keluarga ke Inggris Raya. Katanya dia akan menonton Derby Match antara Manchester City vs Manchester United yang akan dilaksanakan 4 hari lagi dari hari ini.

Mendengar itu, Keenan dan Ridho kompak bersuara, “Wah…” ingin sekali menonton pertandingan tersebut. Namun apa daya, budget yang mereka miliki hanya sanggup membawanya ke sebuah pantai di Garut.

Meski begitu, liburan akhir tahun ini melewati proses izin yang cukup panjang, hanya berlangsung satu hari pula. Mungkin sebab jauhnya perjalanan dan hanya ditemani oleh pak Tisna. Namun setelah tiap anak melakukan negosiasi dari jauh hari, akhirnya izin tersebut keluar berupa surat yang di print dan ditempelkan pada kaca belakang mobil.

Tinggal beberapa kilometer menuju tujuan, Jingga sudah sangat tidak sabar hingga duduknya tak tenang. Membuka tutup kaca mobil, merasakan angin alami dari luar, sejuk dengan panas yang berpadu sempurna. Akhirnya ia akan kembali mencium aroma laut setelah beberapa bulan.

Dia memiliki kenangan baik dengan pantai dan elemen lain di sekitarnya, meski kini tempatnya berbeda, namun ia bersama dengan seseorang yang ia temui di pantai sebelumnya. Dia tidak tahu jarak kedua pantai itu sama atau tidak, namun mereka berada di wilayah yang sama yaitu; Priangan Timur.

Sekali lagi kaca itu Jingga buka, namun kini ia sudah mulai mencium aroma laut yang khas. Senyum nya rekah, dibiarkannya angin menerbangan rambutnya, tangan itu terangkat untuk turut merasakan terpaannya. Keenan yang melihat itu dari kaca spion sebelah kiri—turut tersenyum, tanpa sadar.

Begitu mobil tersebut mendapat tempat parkir, pak Tisna membuka kunci tiap pintu, anak-anak itu berlarian seperti burung yang terbang bebas setelah dikurung dalam sangkar.

“Pantaaaaaaaaaaaaaiiii!”

“Yaaaaaasshh!”

“Huhuuuuuuu~”

Lagi-lagi angin menerpa mereka yang berlarian dengan riang gembira, menerbangkan bukan hanya rambut, namun pakaian mereka tidak diam dengan tenang. Menyentuh air yang tetap dingin meski matahari seharian menyinari, dan selalu penasaran apakah air laut masih tetap asin meski beberapa karang membelahnya?

Kalandra mendapat tantangan dari Ridho untuk mencicipi air laut, dengan tanpa ragu anak itu meraup air yang datang padanya, menujulurkan lidah kemudian melepeh saat ujung lidahnya itu bersentuhan dengan air. Selain karena silau matahari, dahi milik Ridho mengernyit sebab rasa herannya pada Kalandra tak pernah habis. Mereka berdua jadi semakin dekat semenjak berkenalan di acara ulang tahun Jingga.

“Apa nih?” tanya Ridho pada Keenan yang mendekat, kemudian ditunjuknya sablonan angka 17 pada baju Keenan.

Keenan menunduk untuk melihat sesuatu yang ditunjuk oleh Ridho. “Kevin De Bruyne(?)”

Di Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang