11. Saling Berkaitan

16 6 0
                                    

“Tadi, aa ketemuan sama Jingga.”

Sepertinya kalimat yang sangat ingin diucapkan dari tadi itu, baru bisa keluar setelah beberapa menit berbasa-basi. Keenan sedang berada di kamar adiknya, bisa dihitung jarang memang, makanya kegiatan pertama begitu ia sampai adalah menyentuh segala benda yang ada di kamar tersebut.

Evelyn yang tengah membaca novel sembari tengkurap di atas kasur, terus duduk. Dia yakin, hal yang akan dibicarakan kali ini tak kalah menarik dari cerita-cerita sebelumnya.

“Terus?” gadis itu menutup novel nya.

“Em… kita, ngobrol sih…” kini, Keenan tengah memberi makan ikan di aquarium.

“Pasti ngobrolin klub liga Inggris itu.” Tebak Evelyn.

Keenan seketika menoleh, “Kok tau?”

“Tadi aku liat keychain baru di kantong aa, dari Jingga, kan?” pertanyaan itu mendapat anggukkan.

“Dia cerita ke kamu?”

Evelyn menggeleng, “Aku nebak aja.” Ia kembali membuka novel, “Payah banget, ngajak ketemuan tapi yang dibicarain sepak bola, cewek mana suka.”

Kalimat dari adiknya itu ada benarnya, tapi tujuan Keenan bertemu Jingga yang untuk menanyakan hal tersebut, tidak ada maksud apa-apa lagi.

“Kapan lagi, latihan nyanyi?” Laki-laki itu mengganti pembicaraan.

Yang ditanya mengangkat bahu, “Nanti, aku tanyain lagi.”

Jika sudah seperti itu, Keenan tak bisa lagi mengganggu adiknya. Dia pergi meninggalkan kamar tersebut, mengedarkan pandangan dengan tangan yang masih memegang gagang pintu kamar Evelyn.

Ia memandangi pintu utama rumah tersebut, dan merasakan heningnya suasana. Sampai kepalanya menengok ke arah kanan…

“Astaga!”

Kehadiran mama yang tiba-tiba berdiri itu sangat mengejutkan, mama tak akan ikut terkejut jika saja si sulung itu tidak terperanjat.

“Kenapa sih, a?” tanya mama.

“Gak apa-apa, mama ngagetin aa.”

“Ya kamu, berdiri di situ kayak orang bingung.”

Keenan tersengeh, ia mengekor dibelakang sang mama untuk turut duduk di depan tv. Mereka menonton tv bersama sembari melipat baju.

“Loh? Ini ada lagi, katanya dikasih ke orang?” mama memegang kain kacamata biru.

Dengan mata yang menyipit, Keenan berusaha keras melihat benda yang ditanyakan mama.

“Apa itu?”

“Ini, kain dari nene.”

Keenan sejak kecil sudah mengalami rabun dekat, dia sangat suka membaca komik dan buku bergambar lainnya dari kelas empat sekolah dasar.

Melihat itu, papah nya tidak tinggal diam, meski rabun itu sudah menyerang mata anakanya. Beliau membawa anak itu untuk menggeluti hobi baru, yaitu bermain bola.

Dia baru benar-benar lepas dari buku saat menginjak sekolah menengah pertama, karena ia sudah tertarik pada hobi yang dikenalkan sang papah. Keenan tetap membaca, tapi tidak sering seperti sebelumnya.

Pada libur sekolah beberapa tahun lalu, ia dan keluarga pergi ke rumah nenek untuk berlibur, tentu saja. Setelah nenek tahu tentang rabun dekat Keenan, ia terus menyiapkan hadiah berupa kain kacamata. Selama bertahun-tahun kain itu tak tergantikan, mungkin diganti saat dicuci, anak itu selalu membawanya kemana-mana.

Di Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang