Hembusan angin menerpa ilalang, bergoyang kesana kemari bersama rumput dan tumbuhan lainnya. Matahari yang menerpa pada pukul 9, masih sangat bagus untuk mencukupi kebutuhan Vitamin D. Jajaran buku diatas karpet bulu berwarna pink, beberapa buah-buahan, makanan ringan, minuman dalam kemasan, dan potongan sandwich, mereka semua bagian dari piknik yang tengah berlangsung pagi ini.
Ridho yang mengambil satu buah stroberi kini sedang meringis saat satu gigitan berhasil masuk ke dalam mulutnya. "Haseum..."
"Ini ada gula nya padahal," Elsa menyodorkan kotak kecil berisi gula, tak lupa tutupnya ia buka.
Seluruh perhatian dan tindakan pelayanan yang dilakukan pasangan itu cukup membuat satu pasangan lainnya terkagum. Masing-masing memegang satu buku dan satu potong alpukat, saling melempar pandang kemudian tersenyum—sepertinya Keenan dan Jingga memiliki pikiran yang sama tentang apa yang mereka lihat.
Lapangan hijau membentang sejauh mata memandang, dikelilingi pepohonan rindang, belum lagi dengan cuaca yang sedikit berangin. Beruntung saja mereka tidak membawa bantal, keadaan di sana sangat rawan untuk mengantuk.
Mengingat kegiatan mereka berada di alam terbuka, sedikit terjadi perdebatan tentang karpet bulu milik Elsa. Kata Ridho kegiatan seperti piknik harusnya membawa samak (tikar yang terbuat dari daun pandan), tidak perlu karpet berbulu karena benda tersebut mudah kotor dan susah dicuci.
Tapi tetap, keinginan Elsa yang menjadi pemenang.
Melihat interaksi Elsa dengan Ridho, lalu di sampingnya terdapat Keenan dengan pipi mengembang sebab gigitan sandwich dan tengah sibuk membaca rangkaian huruf yang ada dalam buku. Kegiatan hari ini tentu saja harus masuk ke dalam cerita yang sedang Jingga tulis di sebuah buku. Buku yang banyak menampung semua kisahnya dengan Keenan. Si cinta monyet pertama yang berhasil.
Jingga tidak tahu hari ini kali ke berapa ia mengagumi dan memuji ciptaan Tuhan yang ada di sampingnya itu. Hijau dan biru latar tempat di belakangnya, angin yang menerbangkan helai rambutnya, kemudian Keenan sedikit kesal dengan itu sebab mengganggu sesi membacanya.
Alis milik laki-laki itu sudah mengkerut, lembar halaman bukunya terus beterbangan, hal tersebut membuat rangkaian cerita di otaknya beterbangan pula. Namun tangan seorang gadis datang untuk menyematkan sebuah paper clip berwarna kuning pada bukunya, ia tersenyum manis.
"Makasih," ujarnya.
Jingga hanya mengangguk dengan senyumnya untuk menjawab itu. Tak lama kemudian, tangannya ditarik oleh Elsa untuk pergi dari sana menuju sebuah taman kecil penuh bunga.
Berlarian ke sana kemari seperti dua anak kecil yang tengah mengeksplor alam. Keenan dan Ridho yang menunggu di bawah pohon mulai menyipit, tiba-tiba saja mereka merasa sedang membawa adik mereka untuk bermain bersama.
"Jingga, Elsa! Jangan jauh-jauh!" mulai khawatir saat mereka berlari lebih jauh.
Sepertinya dua anak perempuan itu tidak mendengar peringatan dari bawah pohon, mereka terus berlari menjauh mengejar rombongan kupu-kupu terbang. Keenan celingukan dengan wajah khawatir sementara Ridho di sampingnya terkekeh kecil.
"Mereka 16 tahun, Nan..." ucap Ridho masih dengan tawa kecilnya.
"Bahaya gak ngenal umur, Dho."
Namun tak lama terdengar suara jeritan beserta suara sepatu yang terdengar sangat cepat, Jingga dan Elsa muncul dari jalanan yang menurun dengan berteriak.
"Hujaaaaan!"
Melihat hujan belum sampai pada tempatnya duduk, Keenan dan Ridho buru-buru membereskan makanan dan menyimpannya pada keranjang, lalu menggulung karpet bulu berwarna pink itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bulan Juni
RomancePada minggu sore di tepi pantai, pada akhir dari bulan Juni, aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan yang terjadi. Netra coklat yang terkena bias mentari berwarna jingga, membuatnya sangat indah, meski aku tak mengenalnya. Tapi semenjak itu, aku ter...