Saat malam sudah semakin larut, dengan Elsa yang sudah mendengkur di sampingnya, Jingga masih terjaga dengan ponsel yang menyala. Dia harus memberi undangan khusus pada Keenan sebelum ia tidak punya waktu karena turut sibuk mengatur seluruh rencana. Jam menunjukkan pukul sebelas malam, begitu undangan tersebut terkirim, Keenan sudah tidak aktif. Itu rencananya, biar sajalaki-laki itu membacanya pagi nanti.
Jingga segera memejamkan mata dengan bibir yang terus tersenyum, lalu wajah Keenan terus bermunculan sebelum ia benar-benar terlelap.
Lelap penuh harap, harap tidak turun hujan esok pagi, harap segalanya dimudahkan, dalam ekspetasi Jingga ulang tahun kali ini akan memiliki kesan yang tak akan ia lupakan. Mengingat Tuhan seperti mulai mengabulkan setiap doanya, gadis yang kesepian itu sudah tidak ada, dia berubah menjadi gadis yang mulai sedikit jengkel mendengar omelan mama di pagi hari.
"Ayo Ji, Elsa, bangun! Kita punya banyak kerjaan hari ini," suara mama dari lantai satu sampai terdengar ke kamar Jingga yang berada di lantai dua.
Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Jingga berjalan gontai menuju kamar mandi, membiarkan Elsa terlelap sedikit lebih lama. Begitu sampai pun tidak langsung mengguyur tubuh dengan air, dia melamun menghadap cermin, menatap dirinya dengan rambut singanya. Lalu kesadarannya perlahan mulai terkumpul, ia lupa tidak mengecek ponsel untuk mengetahui jawaban dari Keenan.
Untuk itu ia bergegas, dan begitu selesai, hal pertama yang ia cari setelah keluar dari kamar mandi bukan baju, melainkan ponselnya. Dibukanya layar ponsel tersebut, tidak ada notifikasi apapun, hingga ia memasuki sebuah aplikasi chat dan melihat tidak adanya balasan dari Keenan.
"Udah siap? YA AMPUN! Abis mandi tuh langsung di baju bukan pegang hp," mama bertolak pinggang dengan handuk kecil yang menyampai di pundak.
"Iya, iya, orang liat bentar doang..."
"Sok udah cepetan, mana Elsa?"
"Lagi mandi."
"Langsung ke meja makan nanti, sarapan dulu."
Semakin cemberut wajah gadis itu setelah tidak mendapat jawaban apapun dari Keenan, ditambah mama mengomel. Dan hatinya semakin yakin bahwa hari sabtu ini akan menjadi hari menyebalkan karena banyak kerja di atas mood yang kurang baik.
-
"Keenan? Kurang tidur ya?"
Keenan hanya mengangguk saat pak Uswan berkata demikian, matanya yang sedikit bengkak memudahkan siapa saja menebak bahwa dirinya kurang tidur. Dia lupa pak Uswan mengagendakan latihan pagi sabtu-minggu di gelanggang, sebab jika sore gelanggang tersebut digunakan oleh RW yang akan bertanding hari itu.
Jika saja tetangganya tidak menjemput, Keenan akan terlelap sampai siang dan melupakan agenda tersebut.
Latihan itu begitu serius seperti akan mengikuti pertandingan antar Negara, banyak property penunjang latihan yang di siapkan pak Uswan and team. Keenan sedikit heran, dengan peralatan latihan yang lengkap begini, mengapa RW nya kalah kemarin.
Melewati pemanasan, latihan fisik, fokus skill, pengaturan strategi, kini mereka tengah terlentang terengah-engah, waktu istirahat diberikan 10 menit untuk nantinya dilanjutkan pada percobaan permainan.
Keenan merogoh kantong yang ia bawa untuk mencari ponsel miliknya, hingga semua isi dari kantong tersebut keluar, ia tetap tidak menemukan ponsel tersebut. Kini ia terdiam untuk mengingat-ingat—tadi pagi saking buru-burunya ia hanya mencuci muka kemudian menyambar kantong tersebut dan sepatunya. Dalam ingatan itu ia masih mencari letak dimana ia menyimpan ponselnya.
"Astaga belum dicabut pas di charger..." ia mengusak rambutnya kemudian turut terlentang, "mana belum di nyalain lagi," sambungnya dengan menutup wajah menggunakan kedua tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bulan Juni
RomancePada minggu sore di tepi pantai, pada akhir dari bulan Juni, aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan yang terjadi. Netra coklat yang terkena bias mentari berwarna jingga, membuatnya sangat indah, meski aku tak mengenalnya. Tapi semenjak itu, aku ter...