Brak!
Pintu ruangan terbuka di saat semua orang tengah menunggu musik untuk acara berikutnya dari ulang tahun tersebut. Laki-laki dengan kemeja putih beserta dasi dan celana hitamnya, kemudian di lengannya menyampai sebuah vest yang mungkin saja ia lepas untuk menerjang hujan. Rambut hitam basah menunjukan dahi nya yang indah, membuat setiap orang bertanya-tanya, siapa yang mengundang pangeran?
Kalimat yang sepertinya dilebih-lebihkan itu tidak salah, pangeran compang-camping tersebut membuat pemilik acara turun dari panggung untuk mendekat padanya. Memeriksa keadaannya dengan mengangkat tangan, memutarkan badannya, dilihat dari ujung sepatu hingga ujung kepala.
"Aa gapapa?"
Pertanyaan dengan penuh nada khawatir itu seakan tidak terdengar, dewa cinta telah memanahkan busur yang berujung emas itu pada hatinya. Keenan sudah terpanah, tidak ada yang bisa ia lakukan selain bergeming sekarang.
"Cantik."
Cupid sepertinya sudah bekerja keras untuk membuka mulut laki-laki itu dan mengatakan hal apa yang ada dihatinya sekarang. Lalu jajaran pemusik yang membawa biola mulai menggesekkan bow pada senar biola mereka, menghasilkan musik khas para bangsawan kerajaan.
Ah! Jingga lupa tidak latihan kekuatan kaki untuk situasi seperti ini, salah tingkah nya itu terus membuat kakinya gemetar, beruntung saja tertutup gaun.
"Kamu bisa dansa?" tanya Keenan dengan senyumnya.
"G—gak bisa," Jingga menggeleng.
"Sama," senyum Keenan semakin lebar hingga berubah menjadi tawa. "Tapi, mau nyoba sebisanya?" tanya nya kembali.
Gadis itu mengangguk, lalu Evelyn dengan inisiatifnya mengambil vest yang masih menggantung di lengan Keenan.
Bayangannya malam itu tentang lantai dansa, lampu sorot, orang-orang yang menonton, dan Pangeran Adam, menjadi nyata. Jemari mereka bertaut membuat genggaman, melangkah kesana kemari mengikuti irama. Seketika rasa khawatirnya hilang, seluruh pertanyaan mengapa Keenan terlambat seperti berlari pergi saat laki-laki itu membuka pintu.
Mama yang melihat dua orang menari dibawah cahaya terus menarik beberapa tisu, membuatnya seakan terharu dan menjadi dramatis di samping papa.
"Mereka masih SMA," celetukan mama membuat papa menoleh. "Tapi romantis, gak kayak kamu, pah..."
Tentu saja tidak ada yang bisa dilakukan papa selain melongo melihat kelakuan istrinya.
Sementara di lain tempat, Kalandra sedikit demi sedikit mulai mendekat pada tiga orang yang berada di sebelah meja nya.
"Naha lagunya bukan Doel Sumbang, ya?" dia berbisik pada Ridho.
Ridho menoleh cepat, lalu berpikir siapa orang random yang tiba-tiba berbisik itu? Dia pernah bertemu namun belum sempat berkenalan.
"Beda konsep atuh," dia tetap menjawab pertanyaan anak itu.
"Tadinya mau nyumbang lagu, malah dansa gini. Gak bisa aku mah..." Kalandra kembali bersuara kemudian garuk-garuk pantat, membuat Ridho semakin heran melihatnya.
La Valse de L'Amour music by Patrick Doyle, musik yang mengalun kali ini sama dengan saat Cinderella dan Pangeran berada di lantai dansa, meski gaun yang Jingga pakai mengusung tema dari Princess Belle. Siapa yang peduli dengan itu, lagi-lagu tersebut selalu tidak asing di telinga namun banyak orang yang tidak tahu judulnya.
Lalu Keenan mengangkat tangannya, membiarkan gadisnya berputar lalu kembali menautkan jari mereka. Riuh tepuk tangan dan sorak sorai memenuhi ruangan tersebut, keduanya tak kuasa menahan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bulan Juni
RomancePada minggu sore di tepi pantai, pada akhir dari bulan Juni, aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan yang terjadi. Netra coklat yang terkena bias mentari berwarna jingga, membuatnya sangat indah, meski aku tak mengenalnya. Tapi semenjak itu, aku ter...