Jingga memejamkan mata dengan hikmat saat angin menerpa wajahnya dengan halus, cuaca siang itu seperti sedikit berangin, ia berdiri di depan gerbang rumah Evelyn untuk menunggu seseorang datang. Bukan tengah menunggu si tuan rumah membuka gerbang, melainkan menunggu Kalandra.
Hari ini adalah waktu untuk latihan kembali seperti yang sudah dijadwalkan, Jingga sengaja datang lebih cepat dari yang lainnya, untuk menemui Kalandra.
Kemarin setelah perbincangan dengan Rain dan Elsa di alun-alun, dia marah kemudian pergi dengan niat untuk menemui Kalandra. Namun dipertengahan jalan ia berubah haluan, dia tidak tahu di mana rumah laki-laki itu kemudian memutuskan untuk pulang saja ke rumah.
Evelyn melihat gadis itu masih berdiri seperti patung selamat datang, dia tak tahu apa tujuan sebenarnya, namun katanya ia ingin menyambut teman-temannya datang. Sedikit nyeleneh memang, namun dia tidak bisa mencegah.
“Temen kamu belum dateng?” hingga akhirnya Keenan menyusul ke depan pintu, pandangannya terus tertuju pada Jingga di sana. “Ngapain dia di situ?”
Evelyn mengangkat kedua bahunya, “Katanya mau nyambut temen-temen. Ayo bantu aku buatin minuman.” Ia menyeret Keenan dari pintu depan menuju dapur.
Jam yang melingkar di tangan terus menjadi perhatian, setiap detik ia melihat jarum di dalam lingkaran bulat itu, kini menunjukkan pukul sepuluh lebih sepuluh. Dia berdecak sebal, mereka sudah terlambat sepuluh menit tapi masih belum ada tanda-tanda kedatangan.
Dari arah kiri rumah yang tengah ia jaga, Jingga melihat mobil hitam mulai berjalan perlahan untuk kemudian berhenti di depan gerbang dan dirinya. Begitu pintu dibuka, terdapat tiga penghuni di jok tengah mobil tersebut yaitu : Annais, Lavanya, dan Willy. Mereka berempat saling melempar pandangan bingung, namun yang pasti lebih bingung tiga orang yang berada di dalam mobil, untuk apa Jingga berdiri di sana?
“Ngapain, Ji?” tanya Lavanya begitu kakinya menginjak tanah.
Jingga menyatukan kedua tangannya kemudian sedikit membungkuk, “Selamat datang…”
Tentu saja tiga orang itu semakin heran, anak itu salah memakan sesuatu atau bagaimana? Kelakuannya diluar nalar untuk pertama kali.
Tak ingin menyaksikan hal aneh lainnya, Annais menarik dua orang itu untuk segera memasuki rumah Evelyn dan meninggalkan Jingga dengan segala tingkah lakunya. Ada dua kemungkinan mengapa seseorang bertingkah aneh dalam sehari. Pertama karena mood nya bagus, kedua ingin mengetahui sesuatu. Meski banyak orang mengatakan salah meminum obat pada saat seseorang bertingkah aneh, namun rasanya kurang tepat. Sejatinya obat dibuat dengan tujuan menyembuhkan, bagaimana bisa membuat tingkah seseorang menjadi aneh.
Jingga kembali melihat jam yang melingkar di tangannya, cukup lama sampai jarum panjang tersebut menunjuk pada angka tiga. Kemudian ekor matanya menangkap sesuatu yang datang mendekat, bukan kendaraan yang memiliki mesin, suara rem tangan yang ditarik membuatnya mendongak.
Rain turun dari sepeda, dipunggungnya berselempang sebuah gitar. Pertemuan terakhir, membuat keadaan keduanya sedikit canggung. Rain tahu tindakannya itu salah, tapi mengapa Jingga begitu marah tentang itu?
Berbeda saat kedatangan tiga orang lima menit yang lalu, Jingga membiarkan Rain masuk ke rumah tanpa mengatakan sepatah kata apapun, bahkan dia melengos.
Setelah kedatangan Rain, prediksinya tepat sasaran. Kalandra menjadi orang terakhir yang datang, sehingga ia akan mudah untuk menahannya sebentar di gerbang.
Tak lama dari kedatangan Rain, Kalandra mulai terlihat mendekat dengan berjalan kaki. Untuk itu, Jingga terus berpikir bahwa rumahnya tak jauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bulan Juni
RomancePada minggu sore di tepi pantai, pada akhir dari bulan Juni, aku tidak bisa mendeskripsikan perasaan yang terjadi. Netra coklat yang terkena bias mentari berwarna jingga, membuatnya sangat indah, meski aku tak mengenalnya. Tapi semenjak itu, aku ter...