03. Tak Ingin Mati Kutu

23 6 0
                                    

Lapang basket itu kini menjadi tempat kumpul siswa yang akan melakukan pelajaran olahraga. Lapang tersebut sebenarnya multifungsi, di samping ring basket terdapat gawang untuk bermain futsal, dan di kedua sisi lapang terdapat lubang untuk memasang net bola voli. 

Hari ini materi yang akan diberikan adalah permainan bola besar, guru olahraga sudah menjelaskan bahwa jenis dari bola besar yang akan dipelajari adalah sepak bola. Para murid laki-laki bergotong royong menarik gawang agar sejajar, dan perempuan membantu membawa bola sepak yang berada dalam keranjang besar. Setelah semua siap, mereka harus melakukan peregangan. Dipimpin oleh satu orang di depan, peregangan itu dimulai.

Dalam sesi peregangan tersebut, Jingga sangat tertarik pada Laurens. Meski hanya melakukan peregangan, gadis itu terlihat sangat atletis, tangannya bisa menyentuh kakinya dengan sempurna. Jingga kagum dengan itu, pasalnya dia sangat tidak bisa. Rasanya seluruh otot bagian belakang kaki merentang saat tangan berusaha meraih kakinya di bawah sana.

"Kamu, sering olahraga ya?" tanya Jingga.

"Iya," Laurens masih sibuk dengan peregangannya itu.

Setelah selesai, guru pelajaran tersebut datang mendekat untuk memberikan materi sebelum pada prakteknya.

"Udah pada tau kan materi kali ini adalah bola besar, dan jenis nya sepak bola?"

"Tau pak..." 

"Sebelum itu, bapak mau tanya sama para perempuan. Dari kalian ada yang tahu gak teknik dasar dari sepak bola? Kalau laki-laki sih bapak percaya, kalian pada tau." 

Dari pertanyaan yang terlempar, belum ada yang merespon, mereka terlihat kebingungan dan saling melempar pandangan.

"Ayo, yang tau angkat tangan..." 

Dalam benak Jingga, jika saja dia tahu mungkin akan sangat keren, dia hanya tahu permainan sepak bola itu harus menciptakan sebuah goal, tanpa tahu teknik dasarnya. Bapak guru di depan sudah sangat menunggu jawaban, jujur saja melihat itu membuat Jingga gregetan. Sekali lagi, andai dia tahu.

Dengan posisi tangan istirahat di tempat, ia mencoba sedikit berpikir, barang kali ia mengingat sesuatu saat para tetangganya nonton bareng pertandingan sepak bola—ada yang berbicara tentang  teknik sepak bola. Namun hasilnya tetap tidak terpikir apa-apa sampai seseorang di sampingnya mengacungkan tangan kanan. Tentu saja lagi-lagi Jingga terkejut, Laurens tahu tentang teknik itu?

"Iya, siapa namanya?" tanya pak guru, setiap murid sepertinya akan mendapat banyak pertanyaan yang sama saat pertama kali memasuki sekolah baru.

"Laurens, pak." 

"Oke Laurens, coba sebutin apa aja teknik dasar sepak bola. "

"Shooting, dribbling, passing, throw in, goalkeeping. Sebenarnya ada banyak lagi sih pak, cuma menurut saya lima itu udah paling dasar."

Tak ada kata lain dibenak Jingga setelah Laurens bersuara, Wah!

Pastinya ada banyak perempuan yang mengetahui tentang teknik dasar dari olahraga yang sangat digemari para laki-laki itu, namun hanya Laurens yang ia kenal. Tentu saja ia terkagum-kagum. Dengan rahang yang sedikit menganga, dia beralih pada Elsa dan Evelyn, rupanya mereka sama terkejutnya dengan dirinya. 

Tak sampai di situ Laurens membuat teman-temannya itu merasa terkejut, selain pengetahuan tentang teknik dasar, ia juga mampu menerapkan  hal tersebut dalam sepak bola. Segala teknik yang dicoba lulus dengan mudah. Saat mencoba menendang bola ke arah gawang, hampir tak ada yang mau menjaga gawang untuk tendangan itu. Tendangannya sangat kuat, jika salah teknik penangkapan bisa saja kepala benjol, tangan terkilir, dan banyak lagi.

Di Bulan JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang