45. RUMAH SAKIT

1K 20 0
                                    

Happy Reading All

🎀 🎀 🎀

Shani dan Nuna sudah pergi dari ruangan Samudra. Kini hanya tersisa dua sejoli itu. Anna dan Samudra. Bahkan kini dua-duanya masih mengatupkan bibir masing-masing. Sampai tak terasa sudah lima menit mereka sama-sama bungkam.

"Makasih, Na."

Samudra lah yang pertama membuka suaranya. "Makasih apa?" tanya Anna.

"Makasih kamu udah dateng," balasnya.

Anna tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya sama-sama."

Keduanya kembali terdiam. Namun, kali ini Anna yang membuka suara lebih dulu.

"Tadi Nuna telepon aku, katanya kamu dibawa ke rumah sakit."

"Mama tuh, padahal aku cuma demam biasa."

Anna tersenyum geli.
"Pasti Mama kamu khawatir lah, Sam. Anaknya sakit, apalagi tadi kata Nuna panas kami tinggi banget. Kamu tau gak, kalau panas kita terlalu tinggi, itu bisa bikin kejang."

Samudra terkejut.
"Iyakah?" tanyanya.

Anna menganggukkan kepalanya.
"Iya."

"Pinter banget calon Bu dokter," ujar Samudra.

"Ahahaa, aamiin."

Samudra tidak ingin memalingkan wajahnya dari Anna. "Mama kamu udah bener kok, bawa kamu kerumah sakit waktu panas kamu tinggi. Bahaya kan kalau kamu tetep dirumah," ucap Anna.

"Iya. Aku bersyukur banget punya Ibu kayak Mama."

Anna terdiam mendengar ucapan Samudra. Ada rasa iri hati di dalam hatinya. Bukan apa, Anna juga ingin memiliki Ibu seperti Shani, Mama Samudra.

"Andai Bunda ku kayak tante," gumam Anna.

Samudra mengerutkan keningnya. Anna tersadar dari gumamannya. Gadis itu menatap Samudra lalu tersenyum untuk mengalihkan ucapannya barusan.

"Eh, kamu udah makan belum?" tanya Anna.

Samudra menganggukkan kepalanya.
"Udah tadi, disuapin Mama."

"Oh, okei." Anna mengangguk-anggukkan kepalanya.

Samudra melirik buah yang ada dinakas samping bangsalnya. "Tapi kayaknya buah seger, ya," ucapnya seraya ingin mengambil pisau dan buahnya.

Dengan cepat Anna menahan tangan kekar yang kini sedang lemah. "Sini aku aja!" kata Anna.

Samudra menatap Anna dengan senyuman yang tidak bisa tertahan.

"Kamu yang potongin?" tanya Samudra.

Anna menganggukkan kepala.
"Iya. Kamu lagi sakit, biar aku aja."

"Masa harus sakit terus biar kamu peduliin."

Spontan [uhuy] Anna menoleh ke arah Samudra. "Ih, kok gitu sih ngomongnya. Ya jangan dong, kita semua harus selalu sehat."

CINTANYA SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang