56. ENDING

2.8K 26 4
                                    

Happy Reading All

🎀 🎀 🎀

Anna menarik napasnya dalam-dalam. Kini dihadapannya terlihat sebuah pintu rumah utama, tak terasa jantungnya sangat berdetak kencang tak karuan. Gadis itu menghembuskan napas lemahnya, ia pasrah. Anna sangat pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya di dalam rumah.

Yang ia pikirkan kini hanya adiknya, Dilla.

"Huftt..."

Dilla menoleh ke arah sang kakak. Lalu menganggukkan kepalanya seraya meyakinkan Anna bahwa tidak akan terjadi apa-apa.

"Ayo kak?" ajak Dilla.

Tangannya menggenggam semakin erat tangan Anna. Kakaknya itupun memejamkan matanya sejenak lantas ikut menganggukkan kepala dan merasa yakin semuanya akan baik-baik saja.

Gagang pintu terasa sangat dingin ketika Anna memegangnya. Tangannya agak tremor, pastilah.

Dan tibalah...

Ceklek.

Suara pintu terbuka. Kedua kaki Anna dan Dilla berjalan memasuki rumah itu. Awalnya terasa berat langkah demi langkah yang Anna lakukan. Namun, genggaman sang adik membuatnya merasa aman dan damai. Dilla terus melemparkan senyum kehangatan pada Anna.

"Kita langsung ke kamar aja kak."

Dilla menarik tangan Anna. Namun Anna menahan tarikan tangan adiknya. "Enggak Dil, kita harus temuin Ayah sama Bunda dulu."

"Buat apa kak? Mereka aja gak peduli sama kakak."

"Sama kakak, kan? Bukan sama kamu," balas Anna. "Dengerin kakak, kita lagi nginjekin kaki dirumah Ayah, yang cari nafkah. Mau gimana pun kita gak boleh seenaknya, walaupun kita anak Ayah."

Dilla pun menghembuskan napas lelah.

Lalu, tiba-tiba terdengar derap langkah kaki berjalan mendekati keduanya. Cepat-cepat Anna menoleh ke sumber suara langkah itu. Dan ternyata, itu adalah derap langkah sang Ayah.

"Ayah," gumam Anna.

Dika, lelaki itu berjalan dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Matanya dan mata sang anak saling tatap. Langkah kakinya semakin mendekat kepada Anna dan Dilla. Belum ada raut kehangatan yang bisa Anna dan Dilla lihat. Ketiga mulut mereka masih sama-sama diam, bungkam.

Sampai suatu ketika, Anna lebih dulu membuka suaranya.

"Ayah. Maafin—."

Belum selesai Anna meminta maaf pada Ayahnya, Dika. Lelaki itu tiba-tiba langsung memeluk erat tubuh putrinya yang selama ini telah ia sisihkan semenjak kepergian istri tercinta.

Dika mendekap tubuh ringkih anak gadisnya. Dika rindu memeluk putrinya dengan erat seperti ini.

Anna maupun Dilla, keduanya sama-sama terkejut melihat aksi Dika itu. Anna sampai tidak bisa berkata apa-apa. Hanya air mata yang menjelaskan semuanya.

"Ayah yang harusnya minta maaf, nak. Maafin Ayah, maafin Ayah Anna."

"Selama ini Ayah belum bisa jadi Ayah yang baik buat putri Ayah. Maafin Ayah ya, nak."

CINTANYA SAMUDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang