2. Menyelamatkan Nyawa

20 2 0
                                    


Mata Alen menyipit ketika mendengar ucapan Dean. Dia menggeser tubuhnya untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik lewat kaca depan. Memang benar, ada dua mobil yang rusak berjejer di jalan sempit di depan mereka. Jika mereka tidak menyingkirkannya, mobilnya tidak akan bisa bergerak maju.

Alen berdecak pelan sambil membuka pintu mobil. "Turun dan lihat."

Dean ikut turun dari mobil setelah mendengar perintahnya. Mereka melihat satu per satu dari dua mobil yang rusak. Alen memeriksa dengan teliti lokasi di sekitar, mencoba menemukan bagaimana kecelakaan ini bisa terjadi.

"Berdasarkan posisi dan kerusakannya, kedua mobil ini seharusnya tidak bertabrakan dalam adu banteng, kan?" tanya Dean menganalisis.

Jika Dean tahu yang sebenarnya, dua mobil yang rusak itu adalah mobil pertama yang menabrak Viana, dan mobil kedua yang mendorong Viana ke tebing. Satu mobil berada dalam posisi horizontal dan satunya lagi berada dalam posisi vertikal.

Alen tidak menjawab.

Dean melihat ke dalam mobil yang hancur. "Satu orang pengemudi tewas di sini."

Alen menoleh ke arah lain dan berjalan perlahan ke tepi jurang, kemudian menemukan sesuatu. "Sebenarnya, ada tiga mobil terlibat kecelakaan di sini."

Dean terkejut. "Apa? Tiga mobil?"

Alen mengambil pecahan bodi mobil lain yang terlihat berbeda dari dua mobil di jalan. Aspal jalannya tergores, dan goresan itu mengarah ke jurang. "Mobil yang satu lagi terjun ke jurang."

Saat dia berkata, matanya menelusuri ke dalam jurang yang gelap. Penglihatannya dengan cepat menangkap cahaya lemah yang berkedip-kedip dari dalam jurang.

"Ada seseorang di sini," kata Alen sedikit terkejut.

Dean semakin terkejut. Dia segera berdiri di samping Alen. Benar, dia juga melihat cahaya kecil itu. "Itu adalah sinyal meminta bantuan! Haruskah kita memanggil tim evakuasi sekarang?"

Alen menatap Dean dengan datar. "Menunggu mereka datang lalu mengambil mayat yang sudah dingin?"

Maksud Alen adalah, jarak antara pusat kota dengan lokasi ini cukup jauh. Alen tidak tahu apa yang terjadi pada orang yang menyalakan flashlight itu. Jika orang itu adalah korban kecelakaan ini, maka kondisinya pasti tidak baik. Menunggu tim penyelamat datang dalam waktu yang lama sama saja menunggu korban ini mati.

Alen dengan tegas memerintahkan. "Bawa mobil kita ke sini."

Dean mengangguk dan segera melakukan apa yang Alen perintahkan. Setelah mobil mereka mendekat, Alen membuka bagasi mobilnya dan melihat peralatan yang mereka bawa.

Alen berkata dengan penuh percaya diri. "Kita bisa mencoba menyelamatkannya."

Dean berdiri di tempat, melihat Alen mengambil senter kepala, tali, dan pengait. Dia segera menangkap maksud Alen dan mengingatkan. "Ini terlalu berbahaya, Komandan!"

"Dia akan mati jika kita tidak segera menyelamatkannya. Dilihat dari kerusakan mobil-mobil ini, kecelakaan yang terjadi cukup parah. Aku tidak yakin apakah korban akan selamat lebih lama setelah jatuh ke jurang," Alen menjawab sambil mengikatkan tali khusus yang kuat di tubuhnya.

Dean melihat ke jurang, lalu melihat kembali ke dua mobil yang hancur di jalan. "Ya, korban pasti terluka parah."

Tindakan komandannya sangat mulia dan berani. Alen selalu menghargai nyawa seseorang selagi itu bukan musuhnya.

Dean kagum seperti biasa.

Alen menyiapkan dua tali yang kuat: satu untuk dirinya dan satu lagi untuk orang yang berada di dalam jurang. Dia mengikatkan ujung tali miliknya ke pembatas jalan berbentuk silinder. Kemudian tali yang satunya lagi, dia melewatkan tali itu ke pembatas jalan berbentuk silinder dan mengikatkan ujungnya ke bagian depan mobil.

Melihat ini, Dean tetap khawatir. "Seandainya tidak bisa menyelamatkan korban, maka jangan memaksakan diri. Keselamatan Komandan adalah yang utama."

Alen menguji kekuatan simpul talinya dan membalas, "Aku tahu."

Dean tidak meragukan kemampuan komandannya. Dia sudah mengenal Alen selama bertahun-tahun. Dean sangat menyadari kemampuan Alen dalam berbagai bidang.

Dean melihat ke dalam jurang. "Berdasarkan jarak flashlight, posisinya mungkin tidak terlalu dalam dari bibir jurang."

Alen menjawab dengan "Hm," lalu bersiap untuk turun. "Aku akan turun. Kamu berjaga di atas sini dan membantuku nanti."

Belum sempat Dean menjawab, komandannya sudah terjun ke dalam jurang.

"..."

Dean hanya bisa menghela napas.

Alen terus bergerak turun dengan mengendalikan talinya. Tidak butuh waktu lama, cahaya senter yang berkedip itu menjadi lebih terang. Dean benar dengan prediksinya bahwa korban tidak jauh dari bibir jurang.

Alen mendarat di sebuah batang pohon yang menonjol dari permukaan tebing. Karena takut batang pohon itu akan patah setelah menahan beban dua orang, dia menggantungkan setengah berat badannya pada tali.

Alen melihat korban yang terbaring di batang pohon dengan cahaya senter di kepalanya. "Seorang gadis?"

Rambut panjang korban itu tergerai, setengah menutupi wajahnya. Ada darah di mana-mana. Orang biasa akan ketakutan jika melihat pemandangan ini di malam hari.

Alen tidak membuang waktu dan segera mengangkat tubuh gadis itu. Dia memeluknya dengan satu tangan sementara tangan lain mengikatkan tali yang telah disiapkannya ke tubuh gadis itu. Model ikatan tali yang digunakan Alen tidak sembarangan. Tali yang mengikat tubuh gadis itu sangat ideal untuk menopang tubuh bagian atas dan lututnya. Tubuh gadis itu ramping dan kurus, kebetulan memudahkannya dalam segi beban.

Setelah tubuh gadis itu tertopang dengan aman dan kuat, Alen mengguncang tali tersebut.

Dean, yang menunggu di atas, melihat tali yang diikatkan ke mobil bergerak sebagai tanda. Dia segera menyalakan mobil dan mengemudikannya mundur dengan sangat perlahan.

Tubuh gadis itu terangkat sedikit demi sedikit. Alen mengikuti dari bawah, memanjat talinya sendiri sampai ke atas. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mencapai tepi jurang.

Kaki Alen menginjak aspal kembali dan dengan cepat membantu Dean mengangkat tubuh gadis itu.

Akhirnya, korban berhasil dibawa ke atas dengan selamat. Alen mengangkat tubuh bagian atas gadis itu dan menyandarkannya di lengannya. Dengan cermat, Alen dan Dean memeriksa kondisinya. Mereka tanpa sadar menarik napas ketika melihat parahnya kondisi tubuh gadis itu.

Wajahnya pucat dengan beberapa goresan kecil dangkal dan berdarah. Untungnya, luka di wajah tidak terlalu parah sehingga dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas. Yang disayangkan adalah luka pada kaki dan tangannya. Luka-luka itu berdarah banyak dan mungkin tulangnya patah.

Alen memeriksa denyut nadi dan napas gadis itu. "Masih hidup."

Dean menghela napas lega, mengetahui bahwa usaha mereka tidak sia-sia. Orang yang mereka selamatkan masih hidup.

Tapi Alen sedikit mengerutkan kening. "Denyut nadi dan napasnya sangat lemah, aku khawatir dia tidak akan bertahan lama."

Dean terkejut. "Kalau begitu kita harus membawanya ke rumah sakit sesegera mungkin!"

Mereka tidak membuang waktu. Alen menggendong gadis itu dan memasukkannya ke dalam mobil. Mereka melaju cepat meninggalkan lokasi kecelakaan.

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang