39. Posisi Viana di Hati Alen

6 1 0
                                    

Mike terkejut. Alen bergegas masuk ke dalam rumah untuk menghindari hujan dengan membawa seorang gadis.

"Ini, Nona Viana? Ada apa lagi dengannya? Ikut aku!" Mike turut tergesa-gesa.

Alen tidak menjawab dan hanya mengikuti Mike ke ruang pemeriksaan. Mike mengerutkan kening sambil berjalan cepat. Apa yang terjadi? Bukankah pagi ini dia baik-baik saja?

Setelah sampai, Alen langsung membaringkan Viana di tempat tidur dan melepaskan jaket miliknya yang membungkus Viana. Setelah jaket terlepas, Mike segera melihat noda darah di dada kiri Viana. Karena terkena air hujan, darah itu terlihat banyak dan mengerikan.

Mike langsung menatap Alen dengan tajam. Alen melipat tangannya di depan dada dan menjawab sejujurnya. "Ada sebuah kejadian yang tidak terduga, dan lukanya terbuka lagi karena itu."

Mike menghela napas. Dia melihat wajah Viana yang memerah dan bibirnya pucat. Mike mengulurkan tangannya menyentuh dahi Viana. Benar saja, sedikit panas.

"Aku akan mengurus lukanya dan memberikan obat padanya. Kamu ceritakan padaku apa yang terjadi," ucap Mike sambil mengambil peralatannya di lemari.

Sambil menunggu, Alen pun menceritakan semuanya yang terjadi di rumah mendiang ibu Viana. Namun, tentu saja dia menyembunyikan bagian di mana Viana mendapatkan surat kuasa itu. Dengan keahlian Alen dalam menutupi sesuatu, dia berhasil membuat cerita yang sedikit menipu Mike.

Mike sedang fokus merawat luka Viana. Dia tidak menyadari kekurangan dari cerita itu dan tidak terlalu ambil pusing dengan apa yang disampaikan Alen. Baginya, mengetahui penyebab luka Viana terbuka lagi sudah cukup.

"Ternyata begitu," gumam Mike setelah mengetahui luka Viana terbuka karena jatuh. Dia akhirnya selesai merawat luka Viana dan melihat ke arah Mike.

"Ada apa?" tanya Alen heran.

"Saat aku membuka pakaiannya tadi, luka di dadanya dibungkus oleh kain. Apakah itu dari pakaianmu?"

Alen terbatuk sedikit dan menjawab, "Ya. Memang kenapa?"

Mike tersenyum. "Luar biasa. Bagaimana kamu melakukannya?"

Alen: "..."

Alen. "Apa kamu minta dipukuli?"

Mike buru-buru menggeleng. "Bukan begitu. Maksudku, saat itu dia pasti dalam keadaan sadar. Bagaimana kamu membujuknya untuk membalut lukanya? Pasti ada sisi lembut Tuan Alen yang belum aku tahu."

Tapi sisi lembut itu hanya untuk Viana. Mike mau tidak mau membayangkan bagaimana Alen membalut luka di dada Viana dalam kondisi sadar.

Alen mengabaikannya. "Bukan urusanmu."

Setelah selesai merawat luka, Mike mulai memberi antipiretik.

"Bagaimana?" tanya Alen yang sejak tadi masih menunggu.

"Dia sekarang baik-baik saja. Untungnya, benturan yang dia alami tidak terlalu parah. Lukanya hanya terbuka sedikit, dan itu di bagian yang cukup rapuh. Dia juga mengalami demam ringan. Dia akan pulih setelah banyak istirahat."

Alen menatap Viana yang terbaring di tempat tidur, lalu mendekat untuk menaikkan selimutnya hingga menutup leher, membungkusnya agar tetap hangat. "Syukurlah."

Mike melihat Alen dengan sedikit tak berdaya. "Kurasa kamu sudah melupakan kata-kataku waktu itu, kan?"

Alen menunduk sambil melihat wajah Viana. "Belum."

"Karena lukanya, daya tahan tubuh Viana menjadi lemah, ditambah fisiknya yang kurang terlatih berolahraga sejak kecil, dia cenderung mudah sakit," Alen mengulangi penjelasan Mike waktu itu. "Jadi, aku harus merawatnya dengan hati-hati."

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang