16. Penyelamatan Viana

3 1 0
                                    

Semua orang yang mendengarnya langsung terkejut. Termasuk dengan Dean, dia terkejut.

Alen hanya mengangkat alisnya sedikit. Tatapannya masih berfokus pada Viana.

Brien tergagap setelah mendengar ucapan Viana. "Apa... apa katamu?"

Dean kembali ke dalam situasi dengan cepat. "Komandan Intelijen Kerajaan, pejabat tingkat dua di pemerintahan, kekuasaannya berada di atas semua orang dan di bawah raja. Tuan Brien, apa kamu jelas sekarang?"

Mata Brien membulat. Ia hanya tahu ada anggota intelijen yang datang ke daerahnya. Tapi dia sama sekali tidak berharap komandan tertinggi intelijenlah yang datang kemari secara langsung!

Apa yang bisa dia lakukan sekarang?

Alen tidak membuat ekspresi apapun sejak awal. Pandangannya hanya jatuh pada Viana. Ia melihat tangan kakinya yang terikat, kemudian lengan kanannya yang berdarah.

Mata Alen tanpa sadar menjadi dingin, dan ia memerintahkan dengan tegas. "Selesaikan dengan cepat."

Dean langsung maju ke depan. "Tangkap dia!"

"Ugh!"

Lengan Viana tiba-tiba disayat pisau sekali lagi! Tepat di luka goresan sebelumnya! Lukanya yang sudah berdarah kini menjadi semakin dalam dan panjang. Viana menggertakkan gigi dengan keras hingga bibirnya tanpa sengaja tergigit. Wajahnya yang pucat berkeringat dingin. Tubuhnya gemetar hebat.

Bayangkan saja kamu sudah terluka, lalu lukamu dibuka lebih lebar dan lebih dalam lagi dengan pisau!

Viana terengah-engah. Brien benar-benar psikopat!

"Dia ada di tanganku sekarang. Jika kamu ingin dia selamat, hancurkan semua barang bukti yang kamu punya dan berhenti berusaha untuk menangkapku! Jika tidak, aku akan membawanya mati bersamaku!" ancam Brien serius. "Mundur kalian!"

Alen hanya diam selama beberapa detik. Auranya yang sudah terbiasa memimpin kini terasa sangat menindas. Brien tanpa sadar menjadi sedikit gugup atas sikap diamnya.

"Mundur semuanya," ucap Alen memberi perintah. Semua orang bawahan Alen pun mundur keluar dari gudang kayu, menuju halaman yang luas.

Melihat mereka semua mundur, Brien langsung menyeret Viana dengan cepat keluar dari gudang kayu. Viana tidak bisa menyamai Brien saat ini karena kedua kakinya diikat dan tulang kakinya baru saja sembuh. Namun, Brien tidak tahu hal ini dan terus menyeretnya tanpa ampun. Viana tersandung-sandung kemudian merasakan sakit yang tajam di kakinya. Sepertinya, kakinya terkilir.

"Tuan Komandan Intelijen Kerajaan, sekali lagi, jika kamu tidak ingin melihatnya mati, segera hancurkan semua buktinya di hadapanku sekarang!" ancam Brien.

Alen mendengus dan tersenyum miring. "Seorang pejabat daerah kecil yang bersalah kini berani mengancamku? Apa menurutmu gadis itu bisa menjadi penyelamatmu?" Tangannya yang berada di samping saku celana tiba-tiba merogoh pistol lalu diarahkan kepada Brien, yang sedang menahan Viana.

Brien mengerutkan kening, ia segera menggunakan tubuh Viana sebagai tameng. Viana berkedip pelan dan melihat Alen menodongkan pistol ke arahnya. Wajah pria itu tanpa ekspresi. Viana tidak bisa menebak isi pikiran pria licik ini. Jika Alen memutuskan untuk membunuhnya demi misi, maka ia tidak bisa berbuat apa-apa

Sayang sekali, dia akan mati sebelum bisa mengingat siapa dirinya. Viana sedikit menyesal.

Pistol itu benar-benar mengarah ke kepalanya.

Alen menyipitkan matanya sedikit. "Kamu benar-benar bodoh. Selain raja, tidak ada yang berhak melakukan tawar-menawar seperti itu di depanku."

Dor!

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang