41. Kamu Harus Bisa Menahannya

6 1 0
                                    

Seperti yang Alen katakan, Mike datang pagi ini untuk memeriksa lukanya. Jadi, setelah mandi, Viana hanya memakai pakaian dalam dan terbungkus jubah mandi. Rambutnya setengah basah tergerai di punggungnya.

Viana baru saja duduk sebelum seseorang mengetuk pintu dan berkata, "Nona Viana, ini aku, Mike."

"Ah, Dokter Mike. Masuklah."

Mike membuka pintu dan masuk bersama Alen di belakangnya. Viana mengernyit ke arah Alen, kenapa kamu kesini lagi?

Alen menyadari tatapan Viana dan tersenyum. "Aku hanya ingin berkunjung. Jangan menatapku seperti itu."

Keduanya duduk di depan Viana.

"Waktunya untuk mengganti perban lukamu. Apakah tidak apa-apa?" Mike tidak lupa meminta izinnya.

Viana berkedip dua kali.

Ini adalah pertama kalinya Mike mengganti perban Viana ketika sadar. Sebelumnya, Viana selalu koma atau tidur.

Viana ragu-ragu. Dia hendak membuka tali jubah mandinya sebelum Alen menahan tangannya.

Viana sedikit terkejut. "Ada apa?"

Alen tidak menjawab melainkan menoleh ke arah Mike. "Aku memanggilmu ke sini hanya untuk memberiku instruksi. Untuk sisanya, kamu bisa keluar. Aku sendiri yang akan mengganti obat dan perbannya."

Viana dan Mike tercengang.

Alen melihat ekspresi keduanya. "Apa kalian meragukan kemampuanku? Aku bisa membalut lukanya di saat darurat, jadi secara alami kali ini aku bisa menggantinya."

Viana dan Mike terdiam.

Tapi Mike sangat peka, dia memahami keinginan Alen.

Alen hanya ingin merawat Viana secara pribadi.

Mike hampir tidak bisa menahan senyumnya. "Baiklah, lakukan saja. Ini obat dan perbannya. Berhati-hatilah."

Alen. "Aku tahu."

Mike tersenyum lagi dan pergi dari ruangan. Kini tinggal Viana dan Alen saja.

Viana menatap Alen dengan enggan. "Kenapa kamu bersikeras ingin mengganti perban lukaku? Bukankan ada dokter Mike yang sudah biasanya melakukan ini?"

Ini adalah pekerjaan seorang dokter. Viana juga tidak keberatan.

Alen menjawab dengan santai. "Tidak apa-apa, aku hanya sedang ingin."

Viana tersedak.

Sekarang Viana melihat perubahan Alen yang kedua kalinya. Dia semakin sulit ditebak dan sedikit, nakal?

Viana sama sekali tidak mengerti. Bagaimana mungkin Alen yang biasanya tenang, dingin, dan berwibawa saat memimpin bawahan bisa berubah menjadi nakal seperti ini?

Alen melihat ekspresi kesal Viana dan merasa lucu. "Aku hanya tidak ingin orang lain melihatnya. Selagi bisa, aku akan melakukannya untukmu."

Sebenarnya posisi lukanya tidak pada tempat yang rahasia. Lukanya hanya berada di bawah bahu dengan batas dada. Tidak terlalu memalukan.

Tapi Alen sangat ingin merawatnya secara pribadi.

Viana akhirnya pasrah. "Baiklah. Terserah kamu."

Tok-tok!

Tiba-tiba terdengar seruan dari luar.

"Komandan, kami sudah siap untuk berangkat!"

Itu adalah seruan dari salah satu bawahan Alen. Viana dan Alen langsung berhenti.

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang