47. Serangan Kecil

6 1 0
                                    


Alen sengaja iseng pada Viana. Dia terkekeh melihat reaksinya lalu menyentuh hidung Viana dengan perasaan tak berdaya. "Apa yang bisa kulakukan padamu, Nonaku?"

Satu lagi kejahilan dari Alen.

Viana menyentuh hidungnya yang disentuh Alen. Sejenak, dia tidak bisa berkata-kata.

Akhirnya dia membuat alasan lain untuk menutupi rasa malunya. "Kamu kotor, pergi mandi dulu!"

Viana bicara sambil menarik tangan Alen menuju rumahnya.

Ada kamar mandi rumah di sebelah. Hanya saja, Alen tinggal bersama Mike dan Dean, dan mereka bertiga pasti bergantian menggunakan kamar mandi itu. Sedangkan di rumah Viana, kamar mandinya kosong dan Viana sendiri sudah mandi.

Alen tersenyum menerima perhatian Viana. "Kalau begitu aku akan mandi di tempatmu."

Viana berkedip. Setelah sampai di depan kamar mandi, dia berhenti, menunggu Alen untuk masuk ke dalam.

Tapi tindakan ini disalahartikan oleh Alen dan pria itu bertanya sambil tersenyum. "Apa? Apa kamu juga akan menungguku mandi?"

Viana langsung tersadar dengan kata-kata Alen. "Si-siapa yang ingin menunggumu mandi? Kamu mandi saja! Aku ingin pergi melihat makan malam!" bantahnya lalu pergi ke luar pintu.

Alen terkekeh melihat reaksinya. Gadis itu sangat imut.

Viana menepuk pipinya sendiri ketika sampai di luar rumah. Apa yang dia lakukan? Apa dia terpesona dengan penampilan Alen baru saja?

Alen bertubuh tinggi, tegap, dan terlihat sangat gagah ketika bajunya basah oleh keringat. Viana juga melihat sedikit noda tanah di wajahnya.

Ini pertama kalinya Viana melihat pemandangan seperti itu. Dia tidak bisa menahan jantungnya berdegup kencang.

Dia pasti kesurupan!

Viana menggelengkan kepalanya dan teringat kembali pada tujuannya. Jadi dengan buru-buru dia pergi ke samping rumah. Kebetulan, dapur berada di belakang.

Hari sudah mulai gelap dan sepi. Maklum saja, daerah ini termasuk pedesaan. Jadi ketika malam hari, suasananya akan sedikit mencekam.

Viana berjalan cepat menuju belakang rumah. Saat dia hampir sampai ke tempat tujuan, tiba-tiba dia mendengar bunyi halus dari kejauhan.

Klik

Pupil Viana langsung menyempit dan dia memilih berjalan mundur secepat mungkin. Benar saja, sesuatu langsung melesat di hadapannya dan menancap di tembok rumah sampingnya!

"Ah!"

Jika Viana mengabaikan bunyi halus itu dan terus melangkah ke depan, sesuatu itu akan mengenai dirinya!

Viana melihat dinding di sampingnya dan melihat sebuah anak panah kecil menancap di sana.

Tiba-tiba dia merasa lehernya sakit. Tangannya bergerak untuk mengusap leher bagian depan dan mendapati darah di jarinya. Viana sejenak syok. Tapi karena dia masih bernapas dengan lancar dan tidak ada gangguan apa pun, berarti lehernya tidak tergores dengan parah.

Padahal dia sudah berusaha mundur secepat mungkin ketika mendengar suara "klik". Tapi dia masih tergores panah. Orang yang menembaknya ini sungguh menakutkan!

Viana tidak peduli apa pun lagi dan segera lari dari sana. Sebelum dia bisa lari jauh, dia menabrak dada seorang pria.

Tubuh Viana yang ramping itu sedikit terpental mundur, tapi sepasang tangan langsung memeluk punggungnya dengan mantap.

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang