18. Inilah Kebenarannya, Viana

2 1 0
                                    

Setelah mereka berjalan selama beberapa saat, Alen dan Viana tiba di suatu tempat. Tempat itu adalah sebuah dataran tinggi subur di tepian tebing. Ada jurang yang cukup dalam di depan. Pemandangan di sini bagus dan udaranya sejuk.

Namun, saat ini Viana tidak tertarik dengan pemandangan melainkan menunggu jawaban Alen.

Alen berhenti dan menoleh ke belakang. "Tanyakan saja apa yang ada di pikiranmu. Aku akan menjawabnya satu per satu."

Viana terdiam sejenak, ia memilah-milah banyak pertanyaan di benaknya, dan akhirnya merangkum semuanya dalam dua kata. "Siapa aku?"

Alen tersenyum dan menjawab dengan tenang. "Viana, tentu saja."

Viana mengernyit. "Benarkah?"

Alen. "Untuk apa aku berbohong padamu? Namamu benar-benar Viana."

Viana melihat Alen dengan sungguh-sungguh. Tapi berdasarkan ekspresi pria itu, sepertinya ia tidak berbohong.

"Baiklah, namaku adalah Viana. Lalu di mana keluargaku?"

Alen menyilangkan tangannya di belakang punggung dan menoleh ke kejauhan. "Keluargamu berada jauh di ibu kota sana."

Viana membulatkan matanya. "Aku berasal dari ibu kota? Apa nama marga keluargaku? Seperti apa keluargaku di ibu kota?"

Alen tidak langsung menjawab. Ia melihat Viana kembali. Sorot matanya dalam. "Apa kamu benar-benar ingin tahu tentang keluargamu, Viana? Mengetahuinya hanya akan menambah masalah baru dalam hidupmu. Menurutku, hidup sederhana seperti ini saja lebih baik untukmu."

Wajah Viana terlihat tidak rela. Ia bersikeras. "Tidak, memangnya apa yang terjadi? Siapa keluargaku?"

Melihat raut wajah Viana yang sungguh-sungguh, Alen menghela napas dan menjawab, "Nama marga keluargamu adalah Harvey, keluarga bangsawan Kerajaan Harveina. Nama lengkapmu adalah Viana Harvey, putri tertua mereka."

Viana bagai disambar petir.

Keluarga Harvey?

Kilatan ingatan melesat di otak Viana. Gambar istana, rumah besar, sosok lelaki paruh baya yang menurutnya adalah ayah, sosok wanita yang menurutnya adalah ibu, pria yang lebih muda darinya, dan wanita paruh baya yang sama sekali tidak mirip dengannya.

Ingatan itu menyembur seperti air pasang yang deras dan membuat Viana kewalahan. Matanya terpejam, dahinya berkerut, dan kepalanya sakit. Viana yang sedang berdiri hampir limbung dan Alen menangkapnya.

"Terima semua ingatan itu. Tenangkan emosimu," ucap Alen perlahan.

Kepala Viana terasa berdenyut dan ia tanpa sadar menyandarkan dahinya ke dada Alen.

Begitu saja selama satu menit.

Setelah tubuhnya sudah sedikit rileks, Viana menarik dirinya kembali dengan gugup. "Maaf, aku..."

"Tidak apa-apa," potong Alen mengerti. "Jadi, kamu telah mengingat semuanya sekarang?"

Setelah kejadian tadi, wajah Viana sedikit pucat dan ia menganggukan kepalanya. "Aku ingat keluargaku."

"Baguslah, Viana Harvey," ucap Alen sengaja memanggil dengan nama lengkapnya. "Selanjutnya, apakah kamu ingin tahu bagaimana kamu bisa sampai di sini?"

Hati Viana terasa campur aduk luar biasa. "Apapun yang telah terjadi, pasti itu bukanlah hal yang baik."

"Benar." Alen berbalik dan menunjuk ke arah jurang yang tidak jauh di depan. "Apa kamu lihat jurang di sana, Viana? Waktu itu, kamu kecelakaan hebat dan didorong jatuh ke dalam jurang bersama mobilmu."

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang