42. Berangkat

6 1 0
                                    

Viana tetap diam di posisinya selama beberapa saat, menikmati perasaan dipeluk dan ditepuk punggungnya dengan lembut oleh Alen. Perlahan-lahan, perasaan perih yang sangat di lukanya memudar.

Viana mengangkat kepalanya lagi dan bersandar di kursi. Matanya sedikit basah dan dahinya bercucuran keringat.

"Ini pertama kalinya aku merasakan ada obat luka seperih ini ketika diaplikasikan," keluh Viana sambil mengatur napasnya.

Alen menjawab sambil membalut luka Viana. "Tapi sangat bagus untuk menyembuhkan luka. Aku selalu memakainya ketika terluka."

Viana sedikit terbelalak. "Selalu memakainya? Alen, seberapa sering kamu terluka ketika misi?"

Alen. "Tidak terlalu sering. Ketika menjalankan misi, pertempuran senjata atau perkelahian fisik kadang terjadi. Luka mungkin tidak bisa dihindari."

Viana berkedip menatap Alen.

Alen menenangkannya. "Tapi hal itu sudah biasa. Jangan khawatir, sangat jarang bagiku terluka parah."

Viana masih mengerutkan kening. Itu berarti kamu pernah terluka parah sebelumnya?

Alen tertawa melihat ekspresi Viana. Kebetulan dia selesai membalut perban pada luka Viana. Dia mengangkat tangannya dan mengusap kerutan di dahi Viana.

"Apa yang perlu dikhawatirkan? Aku seorang komandan intelijen. Aku tidak selemah itu."

Viana menundukkan pandangannya dan mengangguk. Alen membantu merapikan jubah Viana lalu berdiri.

"Baiklah, ganti bajumu lalu pergi ke luar. Aku akan menunggumu," ucap Alen sambil menggosok kepala Viana.

Viana melihat Alen berjalan ke luar dan menutup pintu. Saat ini, ekspresi Viana sendiri sulit dilukiskan.

***

Beberapa saat kemudian, Viana keluar dari markas. Dia berjalan sendiri sampai tiba di depan pintu. Di luar, terlihat beberapa orang pria sedang memeriksa dan membawa barang-barang ke dalam mobil.

Viana tidak mengenal siapa pun saat ini. Dia mulai mencari orang-orang yang dikenalnya, seperti Alen atau Mike.

Mata Viana menangkap seorang pria tinggi dengan jas putih bersih di depannya. Tidak ada seorang pun yang berpakaian seperti itu di markas kecuali dokter Mike.

Mike hendak memasukkan tas perlengkapan medisnya ke dalam mobil ketika melihat Viana berdiri tidak jauh darinya. Mike tersenyum dan melambaikan tangan. "Viana? Kenapa kamu berdiri diam di sana? Kemarilah!"

Viana langsung menghampiri Mike dan melihat barang-barang yang dibawa. Ternyata, peralatan medis Mike cukup banyak. Viana merasa ingin membantu, jadi dia memilih membawa kotak yang paling kecil dan ringan.

"Ah, tidak perlu," cegah Mike cepat. "Lukamu terbuka dan baru saja diobati. Sebaiknya hindari membawa barang berat."

"Ini tidak berat," Viana tersenyum. "Aku hanya ingin membantumu, Dokter Mike."

Mike tak berdaya dan hanya menggelengkan kepalanya.

Keduanya memindahkan barang ke dalam mobil. Viana hanya mengangkat satu kotak paling kecil kemudian dihentikan lagi oleh Mike ketika hendak mengangkat kotak yang kedua. Viana hanya bisa mengalah dan mulai mengajaknya bicara. "Dokter Mike. Apakah Anda sering bepergian bersama komandan Alen ketika misi?"

"Ya. Bagaimanapun, ketika tim intelijen berangkat menjalankan misi, haruslah ada petugas medis yang dibawa," jawab Mike. "Jika aku berhalangan hadir karena tugas lain, maka bawahanku yang akan pergi."

"Jadi begitu," Viana mengerti. "Pekerjaanmu sungguh penting, Dokter Mike. Sebagai dokter militer, Anda sangat hebat."

Mike terkekeh pelan dan menggeleng.

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang