31. Ingin Berdua Saja Denganmu

5 2 0
                                    

Viana sedikit tertegun. Ia tidak menyangka hal pertama yang Alen lakukan setelah tiga hari tidak bertemu adalah mengajaknya makan siang bersama.

Viana menyetujuinya. "Baiklah."

Alen langsung memimpin berjalan menuju meja di dekat kamar Viana. Meja itu sudah memiliki dua kursi. Alen meletakkan dua kotak makanan yang dibawanya dan membantu menarik kursi Viana.

Tubuh Viana sedikit lemah sekarang, dan dia sedikit lamban. Viana duduk perlahan dan melihat hidangan yang ada di dalam kotak.

"Ini adalah masakan dari dapur markas, jadi hidangannya sederhana. Mungkin saja kurang cocok dengan seleramu. Lain kali kalau kita keluar, aku akan membelikan makanan yang lebih enak untukmu," ucap Alen menghibur.

Viana belum mengatakan apa pun, dia tertawa pelan. "Bagaimana mungkin begitu? Aku cukup dengan makan apa saja yang ada. Terlebih, aku sedang masa pemulihan."

Dokter Mike mengingatkannya untuk makan sederhana dan lebih banyak mengandung nutrisi. Makanan di sini sudah disesuaikan dengannya. Tapi makanan di luar belum tentu.

"Baguslah," Alen menjawab.

Viana mengambil suapan pertama untuk mencicipi rasanya. Matanya sedikit melebar. "Alen, apakah kamu memasaknya sendiri?"

Alen mengangkat alis. "Bagaimana kamu tahu?"

Makanan hari ini rasanya sedikit berbeda dari sebelumnya. Viana tidak bisa mendeskripsikannya, tapi dia yakin ini adalah masakan Alen.

Viana tersenyum. "Ingatan dan indra perasaku baik."

Alen juga sedikit tersenyum dan menggelengkan kepalanya tak berdaya. "Kalau begitu makanlah yang banyak. Habiskan semuanya."

Ya. Masakan Alen adalah yang terbaik.

Setelah beberapa saat, mereka berdua selesai makan. Viana mengelap bibirnya dengan tisu dan hendak membantu Alen membereskan kotak makan. Tapi Alen menghentikannya.

"Kamu tidak perlu membereskannya. Biar aku saja," ucap Alen lalu berdiri. Dada di dekat bahu kiri Viana terluka dan Alen tidak berani membuat Viana bergerak terlalu banyak. Dia membereskan semuanya sendiri.

Viana tersenyum lembut melihat punggung Alen yang sedang membuang kotak makanan sekali pakai. "Aku lihat kamu sangat sibuk beberapa hari ini."

Alen mengangguk, tidak menutupinya. "Benar, setelah kamu sembuh, aku harus pergi ke Matna."

Viana terdiam sejenak.

"Kalau begitu sebaiknya aku tidak akan merepotkanmu lagi. Setelah ini, aku akan pergi," ucapnya Viana.

Alen berdiri setelah membuang sampah dan menoleh ke belakang. "Tidak."

Viana tertegun.

Alen berjalan ke arahnya dan berkata, "Maksudku, kamu bisa tetap bersamaku dan ikut ke sana."

Wajah Alen serius. Viana bingung.

"Tapi aku bukan siapa-siapamu, dan aku juga bukan anggota intelijen. Keberadaanku di sini saja sudah melanggar aturan. Apalagi ikut bersamamu dalam misi," Viana berkata dengan sadar. "Alen, aku hanyalah orang luar."

Alen menghela napas dan duduk di hadapan Viana. "Itulah kenapa aku ingin membuatmu bukan sebagai 'orang luar'."

Viana mengerutkan kening. "Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Aku ingin kamu bergabung menjadi anggota intelijen di bawah komandoku," jawab Alen tegas.

Viana membelalakkan matanya karena terkejut. "Apa?"

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang