4. Bangun

7 1 0
                                    


Berita yang disiarkan lewat tayangan televisi telah dikendalikan sepenuhnya oleh seseorang. Entah tubuh Viana ditemukan atau tidak, pelaku menutupi hal ini dan langsung menyiarkan kematian Viana.

Itu berarti, pelaku memiliki pengaruh yang tidak kecil di ibu kota.

Dean. "Jadi, apa yang ingin Anda lakukan dengan ini, Komandan?"

Alen tidak langsung menjawab melainkan bertanya, "Apa kamu sudah melakukan apa yang kuperintahkan tadi malam?"

Dean mengangguk. "Kita berhasil menyembunyikan segala sesuatu tentang identitas asli nona Viana, bahkan dari pihak rumah sakit sekalipun. Hanya kami berdua yang tahu bahwa pemimpin keluarga Harvey masih hidup."

Alen mengangguk, kemudian mendekati tempat tidur gadis itu dan memperhatikannya dari dekat.

Tubuh gadis itu sekarang bersih. Bagian kulitnya yang tidak tertutup perban tampak putih dan halus. Rambut pirang panjangnya tergerai di bantal, terlihat sangat lembut. Tubuhnya ramping. Fisik seperti ini, jelas terbiasa dimanjakan dalam keluarga kaya sejak lahir.

Jika ada yang bertanya, apakah Alen pernah mengenal Viana Harvey sebelumnya? Ya, pernah. Alen sendiri adalah salah satu teman Viana pada masa kecil. Alen mengakui, Viana memang gadis tercantik yang pernah dia temui beberapa kali sewaktu kecil. Lalu semakin dewasa, mereka semakin jarang bertemu karena sibuk dengan urusan masing-masing. Karena pertemuan yang sangat jarang ini, Alen ragu apakah Viana masih mengingatnya.

Sekarang Viana telah tumbuh dewasa. Alen juga tahu kalau seluruh pria dari keluarga terpandang di ibu kota jatuh hati pada Viana. Kebanyakan mereka terpesona dengan kecantikan dan kekayaannya.

Sayangnya, takdir berbalik dengan kejam. Gadis nomor satu di ibu kota kerajaan ini harus mengalami kecelakaan tragis dan hampir kehilangan nyawanya. Wajahnya yang cantik terluka dengan beberapa goresan kecil di pipi, hidung, dan dahi. Untung saja goresan itu dangkal dan dapat memudar perlahan tanpa meninggalkan bekas. Tubuhnya terluka parah. Lebih disayangkan lagi kemungkinan dia akan mengalami amnesia sementara.

Alen mengamatinya dalam-dalam, tidak yakin apa yang harus dia lakukan terhadap teman masa kecilnya ini.

Tapi keputusan terbaik adalah membantu menyembunyikan identitasnya untuk melindunginya sementara. Jika keberadaan Viana terekspos ke luar saat ini, pelaku akan menyerangnya kembali ketika keadaan Viana masih lemah dan belum bisa melawan.

Tanpa sadar, kehidupan gadis ini tergantung padanya.

Alen sedikit menghela napas. "Dean, carikan seorang pembantu untuk menjaganya di rumah sakit selama dia koma."

Dean sedikit terkejut. "Apa kita akan meninggalkannya di sini begitu saja?"

Alen masih berekspresi datar. "Kenapa? Apa kamu terlena merawat seorang gadis sampai melupakan kewajibanmu untuk datang kemari?"

Dean sedikit tersedak dan dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Bukan seperti itu, saya hanya merasa sedikit kasihan ketika melihatnya."

Alen tidak menanggapi. "Setelah gadis ini bangun, kita akan mengurus sisanya."

Setelah itu, mereka berdiskusi masalah-masalah lain dengan suara pelan.

Viana mengalami saat-saat kesadaran tak terduga ketika mereka berdua berbicara, tetapi dia masih sangat lemah dan indranya tidak berfungsi sepenuhnya.

Pikirannya kosong. Dia hanya melihat siluet buram seorang pria tinggi menjulang di samping tempat tidurnya, kemudian penglihatannya memudar lagi dan jatuh ke kondisi koma yang lebih dalam.

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang