27. Terancam

5 1 0
                                    


Setelah insiden hari itu, kondisi Viana belum sepenuhnya stabil. Luka tembak di atas jantungnya dan kondisi tubuhnya yang lemah membuat Mike harus memberi perhatian ekstra untuk merawat Viana. Terutama agar tidak menimbulkan efek samping suatu hari nanti.

Ini adalah hari ketiga, dan Viana belum sadarkan diri. Selama Viana koma, Ellie terus berjaga siang dan malam, merawatnya dengan hati-hati. Ellie akan bertemu dokter Mike ketika waktu pemeriksaan dan Alen yang terkadang menengok Viana di sela-sela pekerjaan.

Ellie berpikir, kedua orang ini sangat perhatian pada Viana. Tentu saja, ini semua berkat tuan Alen yang menyelamatkan Viana.

Kejadian hari itu sama sekali tidak diketahui publik. Baik karena ditekan oleh Alen, maupun keluarga Harvey yang seolah-olah tidak peduli sama sekali. Mereka semua tahu apa yang terbaik untuk diri sendiri.

***

Hari ketiga di keluarga Harvey...

Prang!

"Ini tidak berhasil! Benar-benar membuatku muak!" teriak Darren frustasi. Ia baru saja menjatuhkan cangkir karena kekesalannya setelah pulang dari Kota Lyge.

Grace juga memiliki ekspresi yang sama buruknya dengan Darren. Bedanya, dia hanya lebih tenang. Dia sudah sudah mendengar semua yang terjadi di sana.

"Apa kamu tidak salah mengenalinya?" tanya Grace sedikit ragu.

Darren menjawab, "Tentu saja tidak! Dia benar-benar Viana! Dia masih hidup dan sehat! Aku tidak akan salah mengenalinya!" Darren sangat marah. "Dia masih begitu sombong dan keras kepala!"

Grace bermuka masam. "Jadi, kali ini kamu gagal lagi."

Darren terdiam, kesal setengah mati.

"Jika bukan karena pengacau yang entah datang dari mana, Viana pasti sudah mati kali ini," geram Darren marah.

Dahi Grace berkerut. "Siapa yang menyelamatkannya?"

Darren menggeleng. "Saat itu gelap di dalam hutan, hanya ada cahaya remang-remang. Mereka datang berkelompok memakai pakaian biasa dan menutupi wajah dengan masker. Mereka juga memiliki senjata api yang bagus, seharusnya bukan orang biasa," jelasnya mengingat-ingat.

"Oh satu lagi. Mereka sepertinya punya seorang pemimpin saat itu. Pemimpin itulah yang menyelamatkan Viana lalu memerintahkan anak buahnya untuk menangkapku. Untung saja aku cukup gesit dan cerdik sehingga bisa lolos dari mereka. Jika tidak, entah apa yang terjadi," tambah Darren.

Grace berpikir. "Berdasarkan ceritamu, maka seharusnya mereka bukan orang biasa. Bisa jadi mereka berasal dari anggota keamanan daerah yang menyamar atau..."

"Intelijen?" tebak Darren setelah berpikir dari segala kemungkinan.

Grace mengangguk.

"Pantas saja," ucap Darren menjatuhkan genggaman tangannya. "Mereka terlihat seperti sekelompok pemuda biasa namun memiliki senjata lengkap seperti itu. Mereka bahkan bisa memata-matai pergerakanku dan bertindak tepat waktu. Dari semua kelebihan ini, anggota intelijen memang yang paling mungkin."

Grace juga berpikir menyeluruh. "Setengah tahun yang lalu, bisa jadi mereka juga yang menyelamatkan Viana. Jika benar, maka wajar saja kita tidak dapat mengetahui kabar gadis itu setelahnya."

Jika anggota intelijen sampai turun tangan, maka segalanya akan semakin sulit.

"Tapi, bagaimana bisa Viana memiliki hubungan dengan anggota intelijen, Bu?" Darren penasaran.

Keduanya terdiam, sama sekali tidak tahu bagaimana Viana bisa memiliki koneksi dengan orang intelijen.

Setelah beberapa saat, Grace melihat ke arah Darren dan tersenyum tak berdaya. "Putraku, sepertinya kakakmu itu memiliki keberuntungan yang bagus."

Darren menggertakkan gigi. "Tapi aku tidak bisa membiarkannya begitu saja, Bu! Dia benar-benar duri dalam hidupku! Penyebab semua hinaanku!"

"Tapi apa yang bisa kamu lakukan, anakku? Dia memiliki perlindungan dari anggota intelijen sekarang. Akan sangat sulit untuk membunuhnya kembali."

Darren. "Aku tidak percaya dia akan berlindung selamanya dalam organisasi intelijen. Mungkin pada awalnya, dia hanya korban yang mungkin menarik perhatian organisasi itu. Namun, setelah dia tidak lagi memiliki urusan dengan organisasi intelijen, maka dia pasti diusir."

"Saat itulah, tidak ada satupun yang bisa melindunginya lagi!" ucap Darren yakin.

Grace mengangguk. "Hanya itu yang bisa kita harapkan."

Darren mendengkus.

Grace tersenyum enggan. "Kejadian di Kota Lyge itu tidak boleh sampai diketahui publik. Kita harus merahasiakannya. Jangan sampai ada yang tahu kalau Viana Harvey belum mati."

***

Tanpa terasa, lima hari berlalu.

Pagi ini, Mike datang ke ruangan Viana untuk memeriksanya seperti biasa. Saat ia sedang fokus, tiba-tiba Alen membuka pintu.

Mike sedikit terkejut. "Komandan punya waktu luang pagi ini?"

Alen masuk ke ruangan dengan wajah datar. "Aku baru saja memeriksa kemajuan kasus di Matna. Setelah itu, belum ada pekerjaan mendesak yang harus dilakukan. Jadi aku datang untuk melihatmu merawat Viana."

Mike tidak tahu harus tertawa atau menangis. "Tuan Alen, apa kamu meragukan kemampuanku?"

Alen menjawab dengan terus terang. "Ini sudah lima hari dan dia masih belum sadar. Kapan dia akan bangun?"

"Hasil pemeriksaan tubuhnya normal, seharusnya dia akan bangun sebentar lagi," Dean berkedip, merasa ada yang janggal. "Komandan, apakah kamu sangat mencemaskannya?"

Alen mengerutkan kening, tidak bisa langsung menjawab.

Mike menyeringai.

"Tidak," jawab Alen memalingkan muka. "Aku sedang mengurus kasus di daerah Matna dan perlu pergi ke sana. Namun, aku tidak bisa meninggalkan gadis ini begitu saja. Jadi aku menunggunya bangun."

Mike tidak berkata apa-apa. Ia hanya melihat Alen mengeluarkan alasannya dengan tenang.

Alen mengerutkan kening. "Kenapa kau melihatku seperti itu?"

Mike tiba-tiba tertawa. "Tidak apa-apa."

Wajah Alen menjadi gelap. "Jangan bilang aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan. Apa kamu tidak ingin gaji bulan ini?"

Mike langsung terkekeh dan menggeleng. "Tidak-tidak, jangan anggap serius, Komandan. Anda benar! Tugas adalah yang terpenting!"

Alen tidak membahas hal itu lagi dan menurunkan pandangannya untuk melihat Viana.

Ellie merawat Viana dengan sangat baik. Pakaiannya selalu diganti setiap hari. Tubuhnya harum, dan rambutnya tidak kusut seperti habis disisir. Dia seperti seorang putri yang tertidur, sangat cantik dan halus.

Tidak bisa dipungkiri hati Alen berdesir melihat pemandangan ini.

Sementara itu, Viana tidak tahu apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Dia hanya larut dalam ketenangan. Sangat tenang dan kosong seolah-olah dia tidak lagi terikat dengan dunia ini.

Namun, saat ini ketenangannya sedikit terusik. Dia mendengar percakapan dua orang secara samar-samar. Hal tersebut mengganggunya dan tanpa sadar mengerutkan kening.

Mike langsung menangkap perubahannya. "Lihat, dia bangun."

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang