19. Perjalanan Baru

1 1 0
                                    

Setelah hari itu, Viana jarang keluar rumah. Ia memilih diam di dalam rumah selama beberapa hari.

Ingatannya sudah pulih, dan kini ia memikirkan bagaimana cara untuk melanjutkan hidup.

Apakah ia ingin tetap di sini atau mencari jalan lain?

Viana melamun selama beberapa hari untuk memikirkan itu.

Tanpa terasa, tiga hari berlalu.

Saat makan malam di hari ke empat, Viana tiba-tiba berkata kepada Ellie. "Ellie, kurasa aku harus pergi."

Ellie terbelalak karena sangat terkejut. "Pergi? Pergi ke mana?"

Viana menundukkan kepalanya. "Pergi mencari jalan keluar yang baru."

Ellie, sebagai teman dekat Viana selama ini, sudah diberitahu identitas Viana sebenarnya. Dia berkata dengan serius. "Jangan pergi ke ibu kota!"

Jika Viana pergi ke ibu kota dan ditemukan oleh orang yang memburunya, ia pasti akan mengalami bahaya sekali lagi!

Viana tersenyum tak berdaya. "Aku tahu. Aku tidak akan seceroboh itu."

Ellie masih terlihat cemas. "Apakah kamu benar-benar harus pergi?"

Viana mengangguk tanpa ragu.

"Kalau begitu aku akan ikut denganmu!" seru Ellie bertekad.

Viana terkejut. "Kenapa kamu harus ikut denganku? Ini desamu, tempat tinggalmu. Mengikutiku hanya akan membahayakan dirimu."

Ellie menggeleng. "Aku seorang yatim piatu dan tidak punya siapa-siapa di sini. Bagiku, hidup di manapun tidak masalah."

Viana mengernyit.

Ellie meyakinkan lagi. "Kak Viana, sejak aku mengenalmu, aku merasakan bagaimana rasanya mempunyai seorang kakak. Bersamamu, aku tidak merasa kesepian lagi. Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku. Biarkan aku mengikutimu dan membantumu, menemanimu sampai kamu meraih tujuanmu."

Hati Viana sedikit sakit sekaligus terharu.

Nasibnya sekarang tidak pasti. Jalan hidupnya mungkin saja berbahaya dan sengsara. Gadis ini yang pada awalnya hanya dipekerjakan untuk merawatnya hingga sembuh, kini malah bersikeras mempertaruhkan diri untuk menemaninya.

Viana tersenyum getir dan mengusap kepala Ellie. "Tidak, Ellie..."

Mata Ellie berkaca-kaca. "Ini adalah keputusanku sendiri. Apapun yang terjadi, aku tidak akan menyesal, Kak Viana."

Viana hampir tidak bisa berkata apapun. Matanya juga ikut berkaca-kaca. Akhirnya dengan suara serak, ia mengeluarkan sedikit lelucon. "Ellie, apakah kau bodoh?"

Ellie tertawa. "Iya, Ellie sudah memutuskan untuk bersamamu. Aku merasa beruntung bisa bertemu denganmu, Kak Viana."

Viana tidak tahan dan langsung memeluk Ellie.

"Aku juga sangat beruntung dipertemukan denganmu, Ellie..."

Setengah tahun ini ia lalui bersama Ellie. Ellie sangat baik dan tulus, membantunya dalam segala hal. Dia sungguh teman yang baik.

Viana berkata pelan dengan penuh tekad. "Jika aku berhasil mendapatkan posisiku kembali di keluarga Harvey, maka aku akan membalas budimu dengan sangat baik."

Ellie tersenyum. "Tentu, aku akan membantu Kakak sampai mendapatkan semua itu kembali."

Viana tersenyum lebar, mempererat pelukannya.

Setidaknya... ia tidak akan kesepian dalam perjalanan panjang ini.

Setelah beberapa saat, Ellie melepaskan diri dari pelukan Viana. "Sekarang aku akan membantumu mengemasi barang-barang."

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang