8. Pria Penyelamat itu Muncul

9 1 0
                                    

Dean terkejut.

Apakah dia baru saja mengatakan sesuatu yang merangsang ingatan Viana?

Oh, dia baru saja mengatakan posisi Alen sebagai komandan intelijen kerajaan. Apakah kata 'kerajaan' membangkitkan ingatan Viana?

Dean sedikit bingung bagaimana membalas pertanyaan Viana. "Hmm, mungkin saja kamu pernah ke sana. Apa kamu ingat bagaimana rupa istana itu?"

Viana mengangguk. "Ya, tiba-tiba saja gambar istana itu muncul di ingatanku."

Dean. "Baguslah. Semua orang di kerajaan ini pasti pernah melihat istana kerajaan, baik secara langsung maupun melalui media online. Yang penting kamu baik-baik saja."

Sakit kepala Viana juga hanya sekilas. Sekarang sudah mereda dan dia baik-baik saja.

Viana mengusap keningnya dan mengulangi perkataan Dean sebelumnya. "Jadi tuanmu adalah seorang komandan intelijen kerajaan? Kalau begitu, dia sangat hebat."

Dean tersenyum, "Apa kamu ingat intelijen kerajaan kita, Viana? Intelijen di kerajaan kita sedikit berbeda dari badan penyelidikan lainnya. Organisasi ini bergerak langsung di bawah perintah sang raja. Apa pun yang diselidiki oleh organisasi ini dan keputusannya, tidak akan bisa diganggu gugat oleh siapa pun kecuali sang raja sendiri. Bahkan, kementerian hukum dan kehakiman tidak punya kuasa untuk itu. Karena itulah, intelijen kerajaan sering disebut dengan tangan kanan sang raja," jelasnya.

Viana terperangah. "Jadi maksudmu, tuanmu adalah orang yang sangat dipercayai oleh raja?"

"Tepat sekali," balas Dean.

Viana memperkirakan di dalam hati. "Kalau begitu, tingkat berapa jabatan tuanmu?"

Dean. "Posisi komandan saat ini adalah pejabat tingkat dua di pemerintahan."

Mata Viana membulat. Pejabat tingkat dua!

Di kerajaan ini, jabatan pertama atau tertinggi adalah raja, dan para menterinya menduduki jabatan tingkat tiga. Komandan intelijen berada di tingkat dua, yang berarti kedudukannya berada di bawah raja dan di atas semua orang!

Itu posisi yang luar biasa!

Dean menambahkan. "Karena posisi tuanku sangat penting, kamu tidak boleh bertindak gegabah mengenai identitasnya. Tuanku memberitahu hal ini padamu karena dia memutuskan untuk mempercayaimu."

Viana menganggukkan kepalanya dengan yakin. "Aku akan menjaga rahasia ini dengan hidupku. Bagaimanapun, tuanmu telah menyelamatkanku. Jika aku bisa membantu, aku pasti akan membantunya tanpa ragu."

Dean melihat binar keyakinan di mata jernih Viana, dan seketika mengerti mengapa Alen membiarkan Viana mengetahui tentang pekerjaannya.

Dean tersenyum dan mendorong kursi roda Viana kembali ke rumah. "Kalau begitu kami percaya padamu. Sekarang istirahatlah dengan baik. Setelah kamu pulih nanti, tuanku akan segera bertemu denganmu."

Viana merasa senang mendengarnya. Dia mengangguk dan melihat Dean pergi dari halaman.

Setelah Dean pergi, Dean kembali ke rumah sebelah dan menemukan Alen sedang duduk santai di halaman sambil minum secangkir teh.

Alen mengangkat kepalanya begitu Dean datang. "Kau kembali."

Dean mengangguk. "Saya telah memberitahu informasi tentang Anda begitu nona Viana menanyakannya."

Alen tersenyum tipis tanpa melihat Dean. "Aku mendengar semuanya."

Dean terkejut. "Anda bisa mendengar semuanya dari sini?"

Alen menggeleng. "Lebih tepatnya aku bisa mendengar sedikit. Suara kalian cukup keras dan dipantulkan oleh pepohonan. Selain itu, aku bisa membaca gerakan bibir. Dua hal itu saja sudah cukup bagiku untuk mengetahui pembicaraan kalian."

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang