17. Mengobati Luka

1 1 0
                                    

Viana masih tertidur ketika Alen tiba di rumah. Ellie, yang menunggu dengan cemas hampir sepanjang hari, langsung terkejut melihat Viana digendong oleh pria itu. "Nona?"

"Ssst, jangan bangunkan dia. Dia kelelahan dan terluka," Alen berkata dengan lembut untuk mencegah Ellie berisik. "Di mana kamarnya? Tunjukkan padaku."

"Baik," Ellie bergegas masuk ke dalam rumah. Setibanya di kamar, Alen langsung membaringkan Viana dengan lembut di tempat tidur.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Karena jarang ada yang berkunjung ke rumah selain pria ini dan Dean, Ellie ragu-ragu untuk membukanya. "Tuan?"

"Bukakan. Seharusnya itu petugas medis militer yang dipanggil olehku."

Ellie mengangguk dan pergi keluar, lalu masuk bersama dengan seorang dokter. Dokter militer memeriksa dan menangani luka-luka Viana dengan terampil dan cepat. Setiap markas rahasia intelijen kerajaan memiliki dokter atau petugas medisnya sendiri, yang nantinya akan sangat berguna dalam situasi seperti ini.

Alen terus mengawasi sampai petugas medis itu selesai merawat Viana, lalu bertanya, "Bagaimana kondisinya? Apakah ada yang serius?"

Dokter militer itu menggeleng. "Tidak ada yang serius baik luka di lengan maupun kakinya. Namun, saya mengingatkan untuk lebih berhati-hati terhadap kaki kanannya; jangan bergerak berlebihan seperti berlari dan sebagainya. Jangan pula mengangkat beban yang terlalu berat."

"Baik, aku mengerti," Alen mengangguk dan mempersilakan petugas medis itu pergi. Ellie ikut mengantarnya keluar.

Melihat Viana belum terbangun, Alen perlahan duduk di samping tempat tidur Viana. Ia menatap wajah tidur Viana dengan santai.

"Kamu membuatku terkesan kali ini," gumamnya tanpa sadar tersenyum.

Viana bisa tetap tenang ketika diculik, lalu mengendalikan situasi, dan membantunya mengumpulkan bukti. Semua ini benar-benar di luar dugaan Alen.

"Viana Harvey..." gumamnya dengan suara rendah, kemudian tertawa pelan. "Bagaimana ini? Sepertinya aku mulai tertarik padamu."

***

Viana merasa dirinya tidur lebih lama kali ini. Saat ia kembali membuka matanya, ia sudah kembali ke kamar. Di luar jendela, langit redup, pertanda akan masuk malam hari.

Viana melihat seseorang di sampingnya, itu adalah Ellie.

Ellie tersenyum lebar melihat Viana. "Sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?"

Viana terdiam sejenak, lalu merasa lengan dan kakinya sakit. Ia mencoba duduk dengan bantuan Ellie.

"Kamu belum makan apapun seharian ini. Jadi, kamu pasti sangat lapar." Ellie berucap sambil membawakan semangkuk bubur yang sudah disiapkan beserta segelas air. "Bubur ini masih hangat, makanlah."

Viana menerimanya dan tersenyum sedikit. Setelah membasahi tenggorokannya dengan air, ia bertanya, "Apakah Alen yang membawaku kemari?"

Ellie terkejut dan mengerutkan kening. "Bukankah yang membawamu tadi adalah tuan Rian?"

Viana tersenyum kecut. "Kita semua telah dibodohi olehnya. Dia adalah Alen Rihard, Komandan Intelijen Kerajaan, pejabat tingkat dua di pemerintahan yang kuasanya berada di bawah raja dan di atas semua orang."

Mata Ellie membulat. "Jadi, selama ini, komandan intelijen sendiri selalu bersama kita?"

Viana tidak bisa menahan tawa dan mengangguk. "Bahkan mungkin, semuanya berada dalam kendalinya sejak kita di rumah sakit."

Alen, yang ternyata seorang komandan intelijen kerajaan, telah menyelamatkannya, mengutus orang untuk merawatnya di rumah sakit, lalu membawanya ke tempat ini.

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang