50. Teman Lama

2 2 0
                                    


Perjanjian antara Viana dan Steven pun dibuat. Steven menuliskan semua janjinya pada Viana secara lengkap di atas kertas. Viana juga menuliskan ketersediaannya pada Steven untuk mengungkapkan identitasnya.

Setelah semuanya selesai ditulis, tibalah untuk menandatangani dengan nama asli. Steven menandatangani namanya lebih dulu, kemudian giliran Viana.

Viana terdiam sejenak. Sudah waktunya dia mengeluarkan nama aslinya. Jika Steven melihat nama aslinya, dia akan langsung tahu siapa Alvina sebenarnya.

Akhirnya Viana menuliskan nama asli kemudian menandatanganinya.

Viana Harvey.

Mata Steven langsung melebar. Dia mendongak untuk melihat pemilik nama asli ini.

Viana sudah berdiri dari tempat duduknya. Dia berkedip pelan. Matanya sangat anggun dan cantik. Karena identitasnya terekspos, dia tidak perlu menutupi wajahnya lagi di depan Steven.

Tangannya bergerak melepaskan masker di wajahnya.

Steven hampir berhenti bernapas. Terutama setelah melihat wajah yang dikenalnya lagi.

Mata Steven sedikit panas. "Ternyata benar-benar kamu, Viana."

Steven selalu tidak asing saat melihat Viana memakai masker pertama kali. Mata itu, suara itu, dia hampir tidak bisa melupakannya. Dia hampir sangat yakin kalau dia telah bertemu Viana kembali.

Tapi kabar setengah tahun yang lalu dia meninggal karena kecelakaan sempat membuatnya ragu. Bagaimana jika sosok di depannya ini bukan Viana?

Pergolakan batin Steven sangat kuat. Akhirnya, dia memilih untuk mengikuti kata hatinya dan membuat taruhan ini. Steven menjanjikannya bantuan besar asal dia bersedia membuka identitasnya. Dan benar saja, dia telah bertemu Viana kembali.

"Viana, apa kamu masih ingat siapa aku?" Steven bertanya dengan penuh harap.

Viana berkata pelan. "Ingat. Kamu adalah teman masa kecilku, sama seperti Alen dan keluarga terkemuka lain di ibu kota. Aku hanya tidak menyangka kamu sudah sukses sekarang. Kamu bahkan menjadi pemimpin badan pengawas internal kerajaan. Itu hebat."

Steven mengangguk. Dia sangat lega Viana tidak melupakannya. "Selama setengah tahun ini, kamu ke mana saja? Lalu berita itu-"

"Itu palsu. Keluargaku sendirilah yang membuat kecelakaan itu dan memalsukan kematianku," ucap Viana getir. "Aku diselamatkan oleh Alen dan kemudian mengikutinya. Lalu, aku menjadi anggota intelijen seperti yang kamu lihat sekarang."

Viana sengaja tidak menceritakan dirinya terlalu tragis di hadapan Steven. Cukup Alen saja yang tahu segala peristiwa yang telah dialaminya.

Steven mengangguk, penuh kelegaan dan simpati. "Senang sekali bisa bertemu kembali. Syukurlah kamu selamat. Mulai saat ini, aku akan menyimpan rahasiamu. Aku juga akan berusaha membantumu. Tolong jangan menolakku."

Viana tertawa kecil. "Baiklah. Sungguh kehormatan gadis biasa ini bisa mendapat bantuan dari Tuan Steven."

Berbeda dengan Steven yang berada di puncak, Viana sudah jatuh hingga ke dasar. Dia sudah bukan lagi pemimpin keluarga Harvey nomor satu di ibu kota. Sekarang, dia hanya gadis biasa saja.

Steven cemberut. "Jangan seperti itu."

Keduanya pun saling bercanda dan tertawa, seperti teman lama yang akhirnya bertemu kembali.

Alen, Dean, dan Mike juga saling berpandangan. Tidak yakin bagaimana akan menjeda "reuni" teman lama ini.

Akhirnya Alen sendiri yang bicara. Ekspresinya sedikit kurang senang. "Baiklah. Kita hampir melewatkan makan malam."

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang