20. Kembali Bertugas

3 1 0
                                    

Saat Alen dan Viana berpisah di depan rumah, Dean juga melihatnya. Jadi, begitu Alen masuk ke dalam rumah, ia tidak bisa menahan untuk bertanya, "Komandan, apakah Anda akan melepaskan Nona Viana begitu saja?"

Alen menjawab dengan tenang. "Memangnya apa yang harus kulakukan? Bukankah ini adalah pilihannya sendiri?"

Alen benar. Pada akhirnya, keputusan tetap di tangan masing-masing.

Namun Dean sedikit tidak yakin. "Bagaimanapun, identitas nona Viana istimewa. Ia adalah orang yang terkenal di ibu kota! Aku khawatir ia akan sulit menyembunyikan diri."

"Aku tahu. Aku juga sudah membujuknya untuk tetap tinggal di sini. Namun, dia tetap memilih untuk pergi." Alen melirik Dean dengan tatapan yang sulit dimengerti. "Apa kamu sedang gelisah karenanya?"

Dean segera menggeleng. "Tidak... tidak."

Alen terdiam selama beberapa detik. Ia berpikir, kehadiran Viana telah menghadirkan banyak warna selama mereka berada di sini. Namun, keadaan harus tetap maju dan berkembang.

"Sebentar lagi kita akan kembali ke ibu kota," ucap Alen mengingatkan.

Dean sudah mengantisipasi jawaban ini. Mereka dan Viana tidak bisa tinggal di sini selamanya. Walaupun Viana tidak ingin pergi dari sini, Alen dengan posisinya tetap akan kembali ke ibu kota.

Jadi, walaupun Viana pergi atau tidak, mereka tetap saja berpisah.

Dean mengangguk. "Dimengerti."

Setelah Dean pergi, Alen merenung. Kata-kata Viana kembali terlintas di kepalanya.

"Atas kebaikanmu, Viana Harvey mengucapkan terima kasih yang tak terhingga. Semoga suatu saat nanti, ada kesempatan bagi saya untuk membalas Anda kembali."

Kemudian adegan Viana setengah membungkuk untuk memberi hormat dengan sangat anggun terlintas.

Alen tidak bisa tidak tertegun. Sudah lama ia tidak melihat penghormatan seperti itu. Terlebih dari Viana, putri bangsawan Harvey.

Alen langsung menghela napas dan menggelengkan kepalanya tak berdaya. "Lihat saja nanti, Viana Harvey. Saat kita bertemu kembali, aku akan menagih balasanmu itu."

***

Dua hari kemudian...

Viana dan Ellie sedang duduk di gerbong kereta. Karena jaraknya yang jauh, mereka memilih untuk menggunakan kereta. Keduanya sangat tenang dan berbicara santai di perjalanan, seolah-olah sedang berwisata dan mengamati pemandangan.

"Kak Viana," panggil Ellie pelan.

"Hm?" balas Viana santai. Masker yang menutupi mulut dan hidungnya menyisakan kedua matanya yang cantik dan teduh.

"Kita bepergian begitu jauh. Sebenarnya kita mau ke mana?" tanya Ellie ingin tahu.

Viana melihat wajah Ellie yang polos. "Kita pergi Kota Lyge."

"Kota Lyge?" Ellie mengerutkan kening. "Bukankah itu daerah kecil yang terletak di perbatasan Kerajaan Harveina?"

Viana mengangguk.

"Kenapa harus ke sana? Apakah ada alasan khusus?"

Viana terdiam sejenak, lalu memandang ke luar jendela. Sorot matanya menjadi lembut.

"Aku ingat samar-samar ketika pergi dari rumah, sebenarnya aku sudah punya tujuan yang ingin kukunjungi," ucap Viana lirih. "Tempat itu adalah daerah Lyge. Ayahku berpesan untuk mengunjungi tempat ini sebelum meninggal. Tapi tak terduga, terjadi kecelakaan."

Karena wasiat ayahnya ini, Viana rela pergi jauh meninggalkan ibu kota. Namun tak disangka, ia mengalami kecelakaan parah dan menunda tujuannya selama setengah tahun.

We Are Unstoppable! (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang